Pagi akhir pekan yang cukup cerah. Sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela kamar, tepat mengenai wajah Raka. Diiringi cicit burung diluar sana saling bersaut merdu—seperti suara latar belakang di sebuah film.
Seolah mengganggu tidur lelapnya, sang empu menggeliat mencari perlindungan dibalik selimut. Namun, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya.
Raka bangun dari tidurnya, dengan kepala yang terasa berat dan tenggorokkan yang kering. Isi kepalanya seperti berputar, mengumpulkan ingatan buram semalam. Raka ingat ia datang ke apartemen Dito, kemudian meminum minuman yang ia pikir jus anggur. —Arrgh, Dito sialan!
Kemudian, samar-samar Raka melihat Melly dalam ingatannya. Ia menggelangkan kepalanya, ingatannya terpotong-potong.
"Apa itu barusan? Mimpi kah?" Gumamnya.
Beberapa saat kemudian, Raka keluar dari kamarnya hendak menuju dapur untuk mencari air minum.
Raka menuruni tangga sambil menguap, rasa kantuknya masih belum hilang. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat pandangannya tertuju pada sosok yang ia rindukan.
Melly, gadis itu ada di rumahnya. Raka mengucek kedua matanya untuk memastikan bahwa dia tidak salah lihat.
Benar, Raka dapat melihat dengan jelas. Di depan sana—dia melihat Melly berdiri di depan kitchen island sedang memotong sayuran.
Cepat-cepat Raka bersembunyi di balik tembok. Setelah melihat Melly, ingatan yang semula samar tiba-tiba muncul ke permukaan dengan jelas. Raka bisa mengingat bagaimana tindakan bodohnya di hadapan Melly karena mabuk. Ia juga mengingat percakapan dengan Melly selama di mobil, terutama ciumannya. Tapi setelah itu, Raka tidak ingat apa-apa.
Raka membekap mulutnya dengan sebelah tangan, tidak percaya. Tangan lainnya memegang dada kiri, karena jantungnya berdebar hebat.
Tak lama, Raka keluar dari persembunyiannya. Dengan langkah lebar, ia tidak memperdulikan penampilannya saat ini—rambut acak-acakan khas orang bangun tidur, kotoran di mata, wajah berminyak, bahkan kaos putih dengan kolor biru menyala pun tidak ia indahkan. Saat ini ia ingin segera memeluk Melly.
"Melyyy~" Serunya sambil merentangkan tangan. Yang dipanggil pun menoleh.
Namun lagi-lagi, pergerakkannya terhenti ketika Bunda Tari muncul dengan satu sutil di tangannya.
"Apa?" Bunda Tari mendelik. "Baru bangun kamu?"
"Bo-boleh peluk gak, Bun?" Tanyanya merujuk pada Melly.
"Ngapain nanya Bunda, tanya orangnya lah."
Tatapan Raka beralih ke Melly, penuh harap. Gadis itu berdiri salah tingkah dengan pipi merona, menatap Raka dan Bunda Tari bergantian.
Tanpa menunggu jawaban dari Melly, Raka langsung memeluk erat gadis itu.
"Ra-Raka, lepas! Aku malu." Bisik Melly sambil berusaha melepas pelukan Raka.
Raka semakin mengeratkan pelukannya "Aku kangen banget, Mel."
Melihat pemandangan di depannya, Bunda Tari hanya bisa menggeleng. Lalu perhatiannya teralih dengan sop iga yang sedang dia masak.
"Kok kamu udah di sini pagi-pagi?" Tanya Raka ditengah pelukannya.
Alih-alih Melly yang menjawab, Pak Gunawan datang sambil memukul punggung Raka.
"Dia nginep di sini!"
"Arghh—Pah... sakit!" Raka melepas pelukannya, beralih menatap Papanya.
"Berani-beraninya kamu mabuk dan nyusahin anak gadis malem-malem!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anchor Love Script
Romance[Byeon Wooseok X Kim Hyeyoon] Raka adalah pembawa berita paling serius di stasiun TV ternama, sementara Melly adalah penulis naskah yang terkenal dengan ide-ide nyelenehnya. Mereka dipaksa bekerja sama saat acara berita malam perlu suasana baru yang...