Malam itu, setelah mengantar Melly. Raka baru saja memarkir mobilnya di garasi rumah. Dia berjalan menyusuri teras sambil memainkan ponsel. Semburat senyum kecil terlihat di wajahnya. Hal yang membuatnya tersenyum ternyata Melly mengiriminya chat untuk menanyakan kabar Raka, dan mengucapkan terima kasih tatas bantuannya. Yang entah sudah keberapa kali perempuan itu ber-terima kasih.
"Assalamu'allaikum."
"Wa'alaikumsallam." Jawab kedua orang tua Raka yang masih duduk berbincang di sofa ruang tengah. Papa Gunawan dan Bunda Lestari.
"Tumben Papa udah ada di rumah jam segini." seru Raka yang berjalan mengampiri keduanya, kemudian merebahkan kepalanya pada pangkuan sang Bunda.
"Ih kamu nih, kebiasaan. Mandi dulu sana!" Omel Bunda, yang tidak digubris sama sekali sama Raka dan malah memejamkan mata.
Walaupun mengomel, Bunda Tari tetap mengelus surai si anak semata wayangnya dengan penuh sayang.
"Iya, cuma sampe sore doang di RS. Tiba-tiba kepala Papa pusing, terus si tulang-tulang rasanya rontok semua. Kayaknya karena kemaren jaga shift malem. Terus pagi tadi ngisi seminar di kampus. Makin tua, udah gak kayak dulu lagi ternyata fisik Papa"
Papa Raka merupakan seorang dokter spesialis sekaligus dokter kepala di IGD Rumah Sakit Universitas X. Sedangkan Bunda, kini ia sudah pensiun dari pekerjaannya. Dan memilih untuk menikmati masa tua nya untuk bersantai.
"Makanya Pa, olah raga. Sekali-kali ikut Raka ngegym" ledek sang anak.
"Lah, gini-gini juga Papa sering olahraga tau." Serunya tak mau kalah.
"Apanya?! Gak pernah tuh Raka liat Papa olah raga. Sekalinya di ajak lari keliling komplek aja, banyak alasan"
"Olah raga malem—bareng Bunda." Ucap Papa asal dan melempar senyum jahil pada Bunda.
"Papa!" Yang dilempari senyum pun memekik, seraya menutup kedua telinga Raka.
Mendengar hal itu, lantas Raka langsung membulatkan matanya. Tak habis pikir dengan ucapan Papa nya sendiri barusan.
Raka bangkit dari tidurnya, kemudian mendelik pada sang Bunda. "Anaknya udah 30 loh ini, Bun. Lagian, di tutup juga masih bisa kedengeran."
"Ya kamu kan belom nikah!"
"Tuh, dengerin kata Bunda. Kalo mau bebas denger yang aneh-aneh. Makanya nikah!"
"Apasi, Pa?! Ngaco banget nih kalo lagi cape— Istirahat gih."
"Kok malah nyalahin Papa? Serius loh—Jadi kapan kamu mau bawa calon mu ke rumah?"
"Kapan-kapan kalo ada yang pas. Udah ah, Raka mau mandi. Badan udah lengket-lengket."
Raka memilih pergi meninggalkan mereka. Dari pada harus mendengar segala wejangan yang akan keluar dari mulut orang tuanya.
Reaksi bunda hanya menggeleng serta menghela napas lelah. Lelah—setiap kali dia membicarakan hal itu, Raka selalu kabur-kaburan. Wajar jika dirinya dan sang suami mengharapkan kabar baik dari Raka. Mengingat usia mereka yang terus bertambah. Akan tetapi, itu adalah keputusan sang anak. Yang akan menjalani kehidupan pernikahan adalah anaknya. Jadi, mereka tak mau mencampuri urusan kedewasaan Raka terlampau jauh. Cukup sekedar mengingatkan saja.
_______
Hari berganti. Meski ketegangan masih ada, Raka dan Melly perlahan-lahan menemukan ritme kerja yang lebih baik. Raka, meskipun tetap tegas dalam hal integritas berita, mulai sedikit melonggarkan pendiriannya terhadap gaya Melly. Di sisi lain, Melly juga belajar bahwa tidak semua berita bisa dihiasi dengan humor. Ada batasan, dan ia mulai lebih berhati-hati dalam menyisipkan lelucon.
![](https://img.wattpad.com/cover/376874655-288-k799718.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anchor Love Script
Storie d'amore[Byeon Wooseok X Kim Hyeyoon] Raka adalah pembawa berita paling serius di stasiun TV ternama, sementara Melly adalah penulis naskah yang terkenal dengan ide-ide nyelenehnya. Mereka dipaksa bekerja sama saat acara berita malam perlu suasana baru yang...