Pagi ini Raka sudah sibuk dengan tumpukkan baju di atas kasurnya. Padahal matahari di luar sana belum menampakkan diri, biasanya dia masih bergelung dengan selimut. Kali ini berbeda, setelah subuh-an, Raka langsung mengeluarkan isi lemarinya hendak memilih baju yang akan dia kenakan.
Hari ini merupakan hari dimana Raka dan Melly, untuk pertama kalinya mendapat tugas di luar bersama-sama. Mereka bertugas untuk meliput sebuah festival kebudayaan di Bandung.
Festival ini diadakan setiap satu tahun sekali, terdapat berbagai rangkaian acara seperti city tour, diskusi kebudayaan, stage of arts, carnival, kuliner, dan ditutup dengan konser musik di jam 7 malam. Karena acara festival diadakan sampai malam, sehingga seluruh kru yang bertugas harus bermalam disana.
Inilah alasan mengapa tumpukkan baju Raka hampir menutupi seluruh kasur miliknya. Padahal hanya menginap satu malam, tapi kenapa sampai sebingung itu untuk memilih baju. Alasannya, tentu saja untuk mendapat kesan baik di hadapan Melly.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Raka sudah bersiap di mobilnya hendak menancap gas. Sebelum itu, Bunda Tari setengah berlari menghampiri mobil Raka lalu mengetuk kaca jendela.
“Buru-buru banget sih kamu.” Serunya, setelah Raka menurunkan kaca mobil. “Ini bunda buatin sarapan buat dijalan, sekalian buat temen mu juga”
“Makasih, Bun.” Raka meraih sodoran kantong bekal dari bundanya.
“Jangan berantem terus sama temen mu itu. Cewek loh dia, ngalah dikit dong sebagai laki-laki”
“Aduuh, Bunda. Siapa yang berantem sih?”
“Lah itu, tiap kamu cerita selalu misuh-misuh. Padahal kamu sendiri yang gak bisa nerima, padahal bukan salah Melly juga loh.”
“Duh, Bun. Udah dulu ya ceramahnya. Lagian sekarang aku gak bakal kayak gitu lagi kok.”
Bunda Tari menyipitkan kedua matanya tidak percaya.
“Udah ah, aku berangkat dulu ya. Jangan lupa nanti malem kunci pager, kunci pintu, jendela.” seru Raka, mengingat Papanya yang tidak bisa pulang karena shift malam.
“Iya iyaa —udah gih jalan, hati-hati yaa. Jagain temen mu itu.”
“Iyaa, Bunda..”
Mobil Raka akhirnya meninggalkan halaman rumah setelah memberi salam.
Sesuai janji, Raka menjemput Melly tepat di jam 8 pagi. Keduanya sudah dalam perjalanan menuju kota tujuan. Tidak ada obrolan sama sekali, hanya terdengar alunan musik yang raka putar di mobilnya, suasananya jadi sedikit canggung.
Raka berdeham sebelum membuka suara “Lo pasti belom sarapan kan, Mel?”
Melly sedikit tersentak dengan pertanyaan yang tiba-tiba.
“Eh?! Ohh—iya belom.”
“Tolong ambil di kursi belangkang, ada lunch bag. Itu dari nyokap, makan aja.”
Melly menoleh ke belakang, lalu meraih lunch bag tersebut. Dibukanya, terdapat dua tempat makan berisikan sandwich dan beberapa potongan buah segar, serta 2 botol air minum.
Melly tersenyum antusias “Wahh, jadi ngerepotin. Sampein makasih gue ke nyokap lo ya.”
Karena laparnya yang sudah melanda, Melly pun langsung melahap bekal yang Raka bawa. Sambil sesekali melirik pria di sampingnya yang sedang fokus menyetir, Melly merasa tidak enak karena hanya makan sendirian.
“Rak… Lo juga belom sarapan kan?” Tanya Melly, dibalas anggukkan oleh Raka. “Karena lo lagi nyetir... ma–mau gue suapin gak?” Lanjutnya ragu-ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anchor Love Script
Romansa[Byeon Wooseok X Kim Hyeyoon] Raka adalah pembawa berita paling serius di stasiun TV ternama, sementara Melly adalah penulis naskah yang terkenal dengan ide-ide nyelenehnya. Mereka dipaksa bekerja sama saat acara berita malam perlu suasana baru yang...