"Wektune sampun cerak ndoro, (Waktunya sudah dekat tuan)"
Seseorang yang dipanggil tuan itu mengangguk, matanya menyorot tajam ke arah ringin besar di depan mereka.
"Bestariku kudu ngilingi Respatine Vid, ben sukmoku iso nyatu, (Bestariku harus mengingat Respatinya Vid, supaya sukmaku bisa menyatu)"
****
"Kok mboten kengeng nggeh pak?, (kok ndak bisa ya pak)" Banu bertanya kepada pak mudin ketika pintu warung pojok tidak bisa terbuka.
"Pasti dihalangi ini Ban..."
Banu menatap pintu bewarna hijau di depannya kesal, matanya melirik ke arah luar yang mulai terlihat gelap.
"Kita harus cepat, sebentar lagi maghrib.." ucap Kevin mengingatkan.
"Pintunya nggak bisa Vin"
Kevin bergerak maju, menggantikan Banu untuk membuka pintu warung pojok.
Ceklek
"Bisa gini?" tanyanya curiga.
"Tadi nggak bisa Vin, tanya aja ke pak mudin" -Banu menoleh ke arah pak mudin- "iya kan pak?" tanyanya yang dibalas anggukan.
Kevin mengangguk acuh, "Sudahlah daripada kita sibuk bertengkar, lebih baik bergegas, waktu sudah semakin malam" ucapnya mengakhiri perdebatan mereka.
Banu pun segera masuk ke dalam warung pojok dan mengambil keranda untuk di bawa ke omah turu.
Di sisi lain
"Mbah.."
Mbah Kasun mengangkat tangannya ke arah Bagas, memberikan gestur agar laki-laki itu tidak usah khawatir.
"Ono opo? Wes wayahe awakmu bali, sukma ne cah iku ojo di cekel terus, (ada apa?, sudah waktunya kamu kembali, sukmanya anak itu jangan di pegang terus)" tanyanya ke arah Tama yang menatap tajam ke arah mereka.
"Raden ageng dereng merintahaken kulo damel bali, kulo mboten saget bali tanpo izin sangkeng beliau , (raden ageng belum memerintahkanku untuk kembali, aku tidak bisa kembali tanpa izin dari beliau)"
Mbah Kasun maju, mengambil duduk disebelah Tama, setelah sebelumnya beliau mendudukkan Tama.
"Sopo raden ageng iku? (Siapa raden ageng itu)"
Tama menoleh ke arah mbah Kasun, menunjukkan seringaian lebar yang menghiasi bibirnya, "raden ageng nggeh raden ageng, asmonipun agung sanget kagem dipun sebutaken, (radeng ageng ya raden ageng, namanya terlalu agung untuk disebutkan).
"Mbah!!!, ini kerandanya.."
Mereka menoleh ke arah Banu yang baru saja datang sembari membawa keranda bersama Kevin.
"Aku emoh moleh!!!"
Mereka reflek terkejut oleh teriakan Tama, pemuda itu begitu marah, apalagi ketika mbah Kasun menahan tubuhnya untuk tetap berbaring.
"Kowe kabeh ra iso ngulehno aku!!!, cah iki sek napak tilas nang alam sukmo. Lek kowe kabeh mekso, sukmo ne cah iki ora bakal slamet, (kalian semua tidak akan bisa memulangkan aku!!!, anak ini sedang napak tilas di alam sukma, jika kalian semua memaksa, sukma anak ini tidak akan selamat)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulang Wangi, Neng Kene Wae Karo Aku
Terror"Mas bagus, neng kene wae, kancani aku" Kakinya bergetar hebat mendengar bisikan bernada lirih itu, Tama terus berlari mencoba mencari jalan keluar, dari desa terkutuk itu. Jantungnya berpacu cepat, pandangannya mulai kehilangan fokus. Ia tidak meng...