ch 18 : waktu ketika matinya semua rasa (2)

108 19 16
                                    

TW : darah, harsh words, adegan kekerasan, self harm

pokoknya tidak boleh ditiru dan sedikit drama(?) sejujurnya aku mau mengurangi bumbu dramanya (karena aku kurang suka pertengkaran dramatis, tapi berhubung aku ga kepikiran gimana cara mengurangi dramanya, yaudah 😭) mohon bijak dalam memilah bacaan😔🙏🏻

🌼

"Aku tak akan melakukan tes apapun hyung," Beomgyu yang baru saja membuka matanya beberapa saat yang lalu itu bersikeras untuk kesekian kalinya, "Aku baik baik saja,"

Jisoo mengusak rambutnya kasar untuk menenangkan pikirannya yang kesal karena menghadapi Beomgyu yang keras kepala. Padahal Beomgyu baru saja sadar, kenapa mulutnya seolah tak berhenti mengoceh? Lihatlah bahkan nasal kanula itu belum boleh dilepaskan karena saturasi oksigen Beomgyu yang masih dibawah rata rata.

"Kau harus Beomgyu," Jisoo menghela napas lelahnya, "Kau tak tau betapa khawatirnya kami ketika melihat bibir dan kukumu yang biru. Kau juga-"

"Lalu apa hyung? Sekarang aku baik baik saja," Beomgyu meraba semua tubuhnya dan menepuk dadanya seolah ia anak yang kuat atau semacamnya.

Jisoo menggeleng, "Tidak, dokter mengatakan ada sesuatu di paru paru ataupun otakmu yang harus diperiksa dulu sebelum pulang. Setidaknya untuk menghindari-"

"Menghindari apa?"

"Setidaknya untuk memastikan kesehatanmu, Beomgyu," Koreksi Jisoo tak ingin melanjutkan kalimatnya sebelumnya.

"Aku sehat hyung. Lagipula jadwal kita besok padat kan? Kenapa kita tidak pulang saja?" Beomgyu kembali dengan keras kepalanya.

"Kita akan pulang setelah kau diperiksa Beomgyu,"

"Oh dimana Soobin?" Beomgyu tiba tiba mengalihkan pembicaraan. Pemuda itu melepaskan nasal kanula-nya yang menganggu dan berdiri dengan tiba tiba. Tubuhnya sedikit goyah karena kepalanya yang masih pusing.

"Ck apa yang kukatakan sebelumnya 'kan," Beomgyu bisa mendengar Jisoo yang kini berdecak dan memanggilkan dokter untuknya. Merasa tak nyaman dengan keberadaan dokter dan bau obat obatan di sekitarnya, Beomgyu memutuskan untuk melarikan diri sebelum Jisoo kembali.

Beomgyu tau Jisoo akan memaksanya untuk melakukan tes atau semacamnya. Tapi sungguh, Beomgyu merasa baik baik saja sekarang. Lupakan tentang sakit kepalanya yang melandanya akhir akhir ini, sejujurnya Beomgyu hanya takut untuk diperiksa.

Itu sebabnya ia kini melarikan diri dengan pakaian pasiennya. Beomgyu bahkan tak memiliki dompet ataupun ponsel di kantongnya karena ingatan terakhirnya hanya saat ia tenggelam sebelumnya. Sebenarnya tindakan pelarian Beomgyu itu berujung keputusasaan.

Kakinya yang memakai sendal rumah sakit itu terasa sedikit penat. Kepalanya masih terasa berputar pada setiap langkah yang ia usahakan. Begitupun dengan napasnya yang kini tersengal karena usahanya melarikan diri secara ugal ugalan ketika tubuhnya masih lemah. Bagaimanapun, Beomgyu butuh istirahat.

Oleh karena itu Beomgyu memutuskan untuk bersembunyi di taman belakang rumah sakit. Setidaknya ia bisa memikirkan bagaimana cara untuk kembali ke hotelnya atau mungkin pasrah jika manajernya menemukannya di sini. Situasi Beomgyu benar benar menyulitkan.

"Hyung!" Panggilan yang terdengar samar-bahkan Beomgyu menganggapnya haluan yang telinganya ciptakan sendiri ditengah keputusasaannya karena terdengar mustahil jika Taehyun memanggilnya.

"Hyung," Suara itu terasa semakin mendekat dan kini Beomgyu dapat mendengar langkah kaki Taehyun yang mendekat. Entah mengapa senyuman tipis kini muncul di bibirnya sebagai gambaran hatinya yang merasa senang akan kehadiran Taehyun. Setidaknya Taehyun akan berguna kali ini.

One DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang