Bibir dyren bergetar, matanya terasa panas. Dan bahkan ia merasakan panas yg menjalar di dadanya hingga membuat nafasnya sedikit sesak. Ia menggigit bibirnya menahan isakan yg akan meluncur keluar dari bibir ranumnya.
Apakah semalam skylar dan dyffa berada dalam 1 kamar ini. Apakah skylar benar benar sudah menyerah akan dirinya.
" Hiks.... Hiks ... " Isak tangisnya kembali lolos di ikuti air matanya yg mengalir turun dari ke dua matanya.
Ia dapat melihat wajah terkejut kekasihnya. Tak dapat menahan isak tangisnya yg akan keluar lagi, dyren segera mengambil langkah untuk meninggalkan tempat itu.
Namun langkah nya terhenti, ia merasakan 2 tangan yg menahan lengannya.
Saat membalikkan badannya ia terkejut dyffa lah yg menahan lengannya dengan ke dua tangannya yg mungil.
" Apa lu ren... Otak lu rada rada ya.. Mikir ap lu ishhh, jorok kali pikiran kau ren " Ujar dyffa membuat tangis dyren berhenti seketika.
Ia tengah bingung dengan ucapan dyffa, bermaksud untuk bertanya tiba tiba tangannya di tarik oleh dyffa dan punggungnya di dorong sehingga badannya membentur dada telanjang sang kekasih.
" Bereskan masalah kalian, gw ga mw jadi tong sampah lu ya ler " Dyffa langsung menarik gangang pintu dan menutup pintu kamar skylar, meninggalkan dyren yg tak berkutik sedikitpun.
Ia masih mencerna apa yg tengah terjadi tadi. Tangan nya naik ke atas mengelus dahinya yg tak sengaja terbentur dada bidang kekasihnya.
" Sakitkah?? " Tangan skylar terulur ikut mengelus dahi dyren. Yg membuat isakan tangis dyren kembali pecah..
" Hiksss hiksss huaa..... Hiksssss "
Suara lembut skylar berhasil membuat tangisan dyren berlanjut. Yg bahkan terdengar sangat pilu.Skylar yg mendengar tangisan kekasihnya yg begitu pilu tak dapat menahan diri untuk memeluk tubuh kekasihnya.
Namun bukannya berhenti, tangisan itu kian mengencang. Skylar menggendong dyren layaknya baby koala dan berjalan ke arah kasur king sizenya. Dyren segera mengalungkan tangan dan kakinya pada tubuh kekasihnya.
Skylar membawa kekasihnya duduk di pangkuannya tengah kasur itu. Tangisan itu kian terdengar pilu.
Dyren benar benar merasa kacau saat ini. Ia ingin meluapkan semua yg ia rasakan dalam tangisnnya di depan kekasihnya itu.
Rasa berasalah yg ia rasakan untuk skylar, rasa kecewanya atas kekalahannya hari ini. Rasa cemburunya pada dyffa dan rasa takut akan kehilangan skylar dalam hidupnya. Semua menjadi satu.
" Hikkksss ... Hikssss..... Hiksssss .... Hikssss"
Dada skylar terasa seperti di remas tak kala ia mendengar suara tangisan pilu kekasihnya, di tambah tubuh kekasihnya bergetar hebat dalam pelukkannya.
Ia merasa bersalah sudah meninggalkan kekasihnya semalam, mengabaikan kekasihnya dan bahkan meninggalkan kekasihnya sendiri saat mereka mengalami kekalahan.
Jelas ia tau saat ini dyren pasti terpukul dengan kekalahan mereka, di tambah hubungannya dengan maya yg memburuk karna dirinya. Ia hanya merasa lelah dan frustasi dengan keadaan tadi. Dan emosinya sedang tidak stabil itulah mengapa dia memilih meninggalkan dyren.
Isak tangis dyren mulai sedikit mereda, dan skylar yg tetap masih mengelus punggung kekasihnya.
" Ler... Maya hiks " Mendengar nama itu erkspresi wajah skylar menggelap.
" Ren.. " Skylar memanggil nama dyren dengan suara yg begitu rendah.
Dyren seketika mengangkat kepalanya yg semula bersandar di bahu sang kekaksih.
Ia dapat melihat tatapan sendu dari mata kekasihnya. Skylar mengangkat tangannya dan membelai sisi wajah dyren. Jarinya mengusap wajah kekasihnya yg basah di karnakan air matanya. Jempolnya mengelus mata kekasihnya yg membengkak karna menangis sedari tadi. Ia tak ingin menyakiti dyren lebih lama lagi. Dan ini sudah waktunya..
KAMU SEDANG MEMBACA
FF U Know I Know
FanfictionFF Yang ga suka dan ga kuat baca BXB Di saranin MINGGIR!!! No ramah tamah