17. Hancur tapi Tidak berisik

2K 344 95
                                    

tidak ada manusia yang bisa memuaskan sesama manusia. kecuali dirinya tidur dengan hidung tersumpal kapas dan ditutup oleh peti.
Ballerina Berdarah

—Ballerina Berdarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°•°•°

Rasanya sudah seperti di ambang neraka itulah yang dirasakan lima manusia  seolah hidup dan matinya terasa terjebak. Bahkan, Bu Harini meminta mereka tetap stay di kamar. Karena supir yang harus mengendarai mobil jemputan mereka tewas dengan kepala yang hilang.

Dan lagi-lagi polisi dan tim forensik menyelidikinya.

Lima manusia tahu, jikalau kepalanya dengan Asavella. Tetapi tidak tahu dibawa ke mana. Bahkan, keberadaan Asavella sekarang tidak tahu di mana. Setelah mereka semua mengetahui identitas Asavella bukanlah manusia.

Tangisan Anasera paling kencang di antara teman-temannya. Bukan takut perihal kematian yang akan menghampirinya. Melainkan, tetapi menangisi bagaimana ia berangkat dengan doa orang tua namun pulang dengan tanpa sukma?

Gadis berdarah Minang tersebut begitu mengkhawatirkan orang tuanya.

“Apa kita semua akan mati?” Suara Asanna membuat teman-temannya menoleh sesakma.

“Bagaimana dengan orang tua kita yang menanti kepulangan anaknya jika niat berangkat untuk sekolah dan meraih cita-cita tapi berakhir tiada? Pasti jiwa mereka seperti dipukul besi bertubi-tubi,” kata Anuva dengan tatapan pasrah dan kosong.

“Tapi itu tidak berlaku untukku,” monolog Asanna dengan senyum sumringah.

“A-aku, tidak masalah jika aku mati di tangan manusia atau hantu meskipun aku tidak bersalah. Karena kepulanganku bukanlah suatu hal yang ditunggu ayah ibuku,” tambah Asanna dan kemudian membuat kedua kakinya dekapan. “Kalau aku gagal untuk lolos menjadi peserta yang tidak mewakilkan A.T.O.D ini, ayah dan ibuku akan menghentikan seluruh biaya kehidupanku. Apalagi aku harus cuci darah di setiap bulannya,” tambah Asanna seraya tersenyum miris.

Mendengar hal tersebut mengagetkan Anasera, Amabel dan Keci dan Anuva.

“Nanti, kalo aku gak cuci darah, aku gak bisa hidup normal kayak anak-anak lainnya. Aku anak tunggal, tapi aku penyakitan. Kata ayah, jika aku bisa ditukar dengan uang mungkin, ayah dan ibuku akan menjualku. Tapi, aku penyakitan, siapa yang mau menampungku dan membeliku?”

“Bahkan dunia juga tidak ingin memiliki hama sepertiku.”

Asanna menghapus air mata kanannya. Seraya tersenyum di tengah tangis yang menyayat hatinya.

“Na? Kenapa harus cuci darah? Kamu sakit apa?” Anuva membuka suara seraya menatap Asanna yang masih melambungkan senyum begitu lembut meski deraian air matanya begitu deras.

Senyumannya semakin lebar. “Gagal ginjal kronis stadium lima, Va. Sama riwayat gerd dan hipotensi.”

Pernyataan dari sebuah jawaban itu membuat semua terkejut. Dan mengundang atensi mereka untuk bertanya kepada Asanna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BALLERINA BERDARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang