WELCOME BACK!
hope you like this chapt guys 🥹
maaf banget selalu update seminggu sekalii banyak banget hal yg bikin pusing 😩
enjoy yaaa!
-o0o-
"Lo udah liat berita yang seliweran soal Tam's, Han?" celetuk Dafa.
"Berita apaan?"
"Buka TikTok."
---
CHAPTER 35 – Ke Rumah, Ya?
---
Kantor Tama | 17.00
"Gimana, Kev?"
Sudah sepanjang sore Tama menemani Kev monitoring kelakuan mereka di media sosial—TikTok tepatnya. Dimulai dari Elif yang mengerahkan timnya untuk mengumpulkan massa asli di sana. Diselingi fakta-fakta terselubung tentang sikap tidak bermoral Yayasan Modelling Melati dan Butik Nua selama ini.
Sejak pukul dua siang, berita dimulai dengan huru-hara keduanya. Baru di jam empat sore tadi, Elif menambahkan fakta keterikatan mereka dengan Tam's.
Yang jujur saja membuat Tama ketar-ketir karena jumlah share dan repost yang membludak.
"Aman, Mas. Tenang aja," kekeh Kev yang tampak sangat santai. Seperti Elif.
"Saya nggak bisa tenang," gerutu Tama kesal.
"Mas Tama tunggu aja sampai besok. Nggak usah dipikirin segitunya, Mas. Semuanya diatur sama Elif. Kita juga udah nyiapin public relation, kan? Udah sana, pulang. Jangan buka-buka media sosial dulu."
Tama makin merengut mendengarnya. "Raya di mana?"
"Mana saya tau? Yang pacarnya mbak Raya itu saya atau mas Tama?" dengus Kev.
"Enak aja kamu bilang!" sergah Tama cepat.
"Telepon aja."
Menuruti Kev, akhirnya Tama mendial nomor Raya yang ia letakkan di speed dial ketiga setelah kedua orangtuanya. Menggeser posisi Ardan dan Sarah yang harusnya ada di sana sebelumnya.
Dering ketiga terdengar masih belum ada sahutan. Alis Tama mengerut khawatir. Dari yang semula sudah gelisah, kini tambah mondar-mandir menunggu Raya mengangkat teleponnya. Bahkan sampai dering terakhir habis, telepon itu masih tak ada yang mengangkat.
"Mas?"
"Raya!" seru Tama lega. Ia mencoba menelepon kedua kalinya.
"Kenapa? Aku baru sampai apartemen, Mas. Mau mandi dulu, gerah banget," suara di sana langsung membuat Tama duduk di sofa dengan tenang.
"Ayy...," rengek Tama tanpa sadar.
"Ay? Dih, kenapa manggilnya gitu?" kekehan Raya membuat semburat malu di wajah Tama tampak. "Kenapa, Sayangku? Kangen?"
"Kangen," lirih Tama sambil memalingkan wajah begitu menyadari Kev berusaha menguping pembicaraan mereka dari tempatnya. Tidak akan dia biarkan!
"Mau ke sini? Aku pengen masakin, Mas, tapi capek. Gimana, dong?"
"Aku yang masakin aja gimana? Apa pengen beli sesuatu? Nasi padang? Sate?" tawar Tama.
"Entar kamu capek kalau masak. Beli aja, ya? Aku lagi pengen bebek goreng yang ada kuah kuningnya itu. Kalau bisa nasinya yang enak—yang ada rasanya. Tapi apa aja, deh. Yang penting kamu ke sini. Aku juga kangen," balas Raya dengan kalimat akhir yang terdengar malu-malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stable - Unstable [END]
Storie d'amoreSatu atau dua kebetulan mungkin masuk akal. Tapi kebetulan kali ini membuat Rayadia Putri terlibat PDKT sat-set setelah mewawancarai designer muda terkenal--Tama Sastrawa. Bukan sosok lelaki dingin, namun tepat batasan. Bukan pula sosok yang cuek, n...