🐚Bab 10

4 2 0
                                    

🐚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐚

"Atas nama Kak Hindia?" Seseorang pengantar makanan datang ke hadapan pintu depan rumah Hindia, dengan sekantong plastik yang dipenuhi oleh es durian, dan camilan lain.

"Betul. Makasih ya Mas." Hindia mengambil makanan itu, dan kembali ke dapur, sementara pengantar makanan pergi begitu saja tanpa membalasnya. Kak Kafi masih di dalam telpon video. "Udah sampe?"

"Udah. Nih!" Hindia memperlihatkan makanan dingin tersebut. "Dimakan yak. Kakak tau kamu doyan duren."

Hindia membuka plastik makanan, menuang es duren ke dalam mangkuk kaca yang ada diatas meja makan. Diambilnya satu sendok besi, serta mulai memakannya, sedangkan Kak Kafi sibuk tersenyum menatap adiknya makan makanan favoritnya.

"Tapi seriusan, kamu lagi suka ya sama cewek? Kakak kira kamu gak doyan cewek."

Wajah Hindia cemberut seketika. "Dih, apaan sih Kak! Hindia belajar buat normal balik nih."

"Tapi emang keliatan ya dari wajah Hindia kalo lagi suka sama seseorang?" tanyanya.

"Ya kelihatan. Wajahmu lebih sumringah, lebih santai, emosinya kelihatan stabil juga. Tapi ingat pesan Kakak soal percintaan ini."

Hindia menyuapi mulutnya sesendok daging duren. "Banyak amat pesan Kakak, kemarin inilah, sekarang soal cinta lah. Udah kek dokter."

"Kamu jangan batu kalo Kakak kasih tau. Pesan Kakak, perlakukanlah cinta dan orang yang kamu sukai dengan sebaik-baiknya diri kamu. Gitu,"

"Iya, Kakak tenang aja. Lagian juga masih dag dig dug kok, belom ada hubungan."

🐚

Tidak ada hal lain yang menyenangkan selain sapaan Helia pagi tadi, ketika dirinya memasuki area koridor loker. Hindia masih tersenyum-senyum, diperhatikan oleh Yayat yang terheran akan kelakuan temannya itu. Di lemparnya sebuah penghapus kecil ke wajah Hindia. Lamunan bahagia Hindia sirna seketika.

"Aduuhh. Yayat!!" bentak Hindia. Yayat malah tertawa. "Hahaha, kenapa wajah lu? Aneh banget pagi ini."

"Pengen tau aja sih lu!" kesal Hindia. Dia murung. "Dih! Ngambek anaknya. Heh." Yayat memukul kepala belakang Hindia.

"Aduhhh, Yayat! Bisa gak, gak ganggu gua, gua lagi-" buru-buru Hindia menutup mulut.

"Hah? Lagi apa? Lagi apa coba diulang? Suka?" tanya Yayat menahan tawa. "Suka sama siapa lu?"

Samudra HindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang