🐚Bab 7

6 1 0
                                    

🐚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐚

Laksana perahu yang menerjang ombak badai di lautan lepas, kehidupan Hindia terasa penuh terpaan cobaan.

Sudah diketahui bahwa Hindia sering menerima pembulian di sekolah, yang membuatnya sering terlihat menyendiri di halaman belakang sekolah, hingga bolos kelas.

Cobaan lainnya, yang harus Hindia lalui sendiri, yang pasti ia pendam sangat dalam pada dirinya, adalah luka masa lalu nya. Seringkali kejadian itu hadir di ingatannya, bahkan disaat yang tidak tepat. Ia sedih, dan marah. Tangis kecewa.

Dia tidak pernah menceritakan kepada siapapun akan luka masa lalu nya, termasuk kepada Kak Kafi. Ia tutup rapat-rapat kasus ini, dari keluarga inti, teman dekatnya-Yayat dan Naya-, juga Pak Ber.

Lukanya sangat besar. Dijahit pun tidak akan menutupi perihnya. Menjadikan salah satu alasannya untuk selalu berlatih membunuh dirinya sendiri.

Seperti yang ia lakukan larut malam ini, di dalam bathtub kamar mandinya, sepulang dari pertemuannya dengan Helia di halte kecil.

Dengan air dingin yang hampir mengisi penuh bak mandi itu, ia merendam tubuhnya yang tidak cukup berisi. Massa ototnya kurang. Sejenak ia mengambil tarikan napas panjang selama sembilan detik dan menahannya.

Buru-buru ia mencelupkan seluruh tubuhnya, termasuk kepalanya, ke dalam air bak mandi. Ia jepit hidungnya dengan ibu jari dan telunjuk sebelah kiri. Beberapa gelembung keluar ke permukaan akibat gaya celup itu.

Hindia selalu melakukan hal ini, bahkan ketika tidak ada perasaan bersalah, kecewa, maupun sedih sekalipun. Latihan bunuh diri ini, ia anggap sebagai hukuman penyesalan atas banyak rasa yang tidak bisa ia luapkan dengan cara lain, cara apapun itu. Hingga tiga puluh detik berlalu, kepalanya masih saja berada di dalam air dingin.

Jam tangan digital hitam miliknya yang berada di pinggir kolam bathtub masih mengubah-ubah detik-detik angka. Perlahan napasnya mulai tidak kuat ditahan di detik lima puluh. Hindia dorong kakinya diujung bak, membuat kepala dan setengah badannya naik ke permukaan.

"Haahh haahh haahh."

Buru-buru ia mengambil banyak senyawa oksigen dan nitrogen di udara kamar mandi. Ia melihat jamnya, dan menekan tombol kiri atas, menghentikan hitungan waktu. Hindia menghela, ia belum bisa memecahkan rekor lamanya. Hasil latihan malam ini hanya sekitar satu menit dua puluh empat detik.

"Haahh, haahh, haahhhh. Lumayan." ucapnya. Melegakan napas banyak-banyak.

🐚

Tanpa menekan tombol bel rumah, Helia main masuk seenaknya, sepulang dari halte kecil tadi, di malam yang sudah menua.

Rumahnya tampak sepi. Berbagai lampu di tiap ruangan telah padam, menyisakan lampu cadangan di dapur yang masih menyiarkan cahaya kuning, menerangi ruangan penuh alat masak itu. Sinarnya turut memenuhi lorong rumah dibawah tangga.

Samudra HindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang