🐚Bab 15

5 2 0
                                    

🐚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐚

Dua pasang kaki remaja itu menaiki tangga bus metro, memilih tempat duduk yang sesuai untuk mereka berdua. "Disini?" tanya Helia menunjuk dua bangku kosong yang sedikit berada di belakang dalam bus.

Hindia mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi dari mesin tap kartu masuk di dekat sopir, di area depan dalam bus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hindia mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi dari mesin tap kartu masuk di dekat sopir, di area depan dalam bus.

Helia yang melihat jempol Hindia, langsung menduduki dua bangku tersebut. Matanya melihat kondisi jalanan di luar yang mulai ramai di jam sepuluh pagi.

Hindia telah tiba juga di bangku, Helia menggeser posisi duduknya dekat dengan jendela. "Mau permen?" tanya Hindia. Dia mengeluarkan beberapa gula-gula penuh rasa dari saku jaket parka nya. Helia menolak. "Nanti aja, belum mau."

"Oke."

Setelah penumpang terakhir selesai mengetap kartunya di mesin, bis panjang berwarna oranye itu berangkat.

Bagusnya dari bis besar yang muat menampung empat puluh penumpang adalah tiada polusi yang dihasilkan dari mesinnya, karena bis ini menggunakan energi listrik yang ramah lingkungan sebagai bahan bakarnya. Tidak ada bunyi berisik dari mesin juga, sehingga penumpang tidak akan terganggu dalam perjalanan mereka. Ya, kota yang canggih harus memiliki transportasi publik yang canggih juga, selayaknya begitu.

Mata Helia masih saja melihat ke arah luar jendela bis, melihat pemandangan yang berganti-ganti itu membuatnya merasa bahagia. Hindia pun sama. Bedanya, ia hanya melihat wajah manis Helia. Melamun penuh senang.

"Mau dengerin musik?" tanya Helia, menghadap ke arah tatapan Hindia, memecah lamunannya. "Eh? Boleh." sahut Hindia. Helia mengeluarkan sepasang bluetooth earphone dari tas kecilnya. "Ambil yang kanan." suruhnya.

Hindia mengikuti perintah. Keduanya saling memakai alat pendengar musik tersebut di telinga, Helia sebelah kiri. "Mau dengerin lagu apa?" tawar Helia ramah.

"Apa ya? Ah ini." Hindia yang sudah mengambil ponsel Helia dari tangan mungilnya, menggulir layar ponsel yang sedang menampilkan banyak pilihan lagu dari aplikasi hijau.

Samudra HindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang