🐚Bab 12

3 2 0
                                    

🐚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐚

Sebelum berangkat sekolah, Helia mampir ke sebuah toko pencuci baju di kota. Ia ingin memakai jasa cuci pakaian untuk membersihkan beberapa gaun panjangnya yang telah lama berdebu di kardus-kardus gudang.

"Selamat datang, gadis muda!" seru seorang bapak tua pemilik toko. "Ada yang bisa saya cuci?" tanyanya.

Helia tersenyum akibat tingkah lucu si bapak tua. "Ini Kek."

Mendadak jari telunjuk bapak tua itu mendekat ke wajah Helia, bergerak ke kanan ke kiri berulang. "Hhmm, hmm, hmm. Panggil saya Pak Benri. Jangan Kakek!" serunya.

"Eh? Iya, maaf Pak Benri."

Pak Benri memberikan jempolnya. "Baguss!! Jadi ada yang bisa saya cuci?"

Helia menaruh sekardus pakaian gaun diatas meja pelayanan. "Ini Pak Benri, saya mau cuci gaun-gaun lama saya. Berdebu semuanya, soalnya lama banget saya naro di gudang." jelas Helia.

"Woahh, bisa, bisa itu. Tenang saja, gaun-gaun kau, akan cemerlang mengkilap kembali, hahaha." Pak Benri penuh jenaka. Helia tertawa karir.

"Kira-kira, kapan saya bisa mengambilnya kembali, Pak?"

"Ya ketika sudah selesai. Gimana sih kau ini. Hahahaha." Lagi-lagi Helia tertawa karir. Sungguh ia malas dibuatnya. "Heeuuh. Kalau sore nanti Pak?"

"Nah, bisalah itu, sudah kelar gaun kau ku cuci."

"Oke, Pak Benri. Bayarnya nanti saja ya Pak, kalau mau diambil." ujar Helia. "Aman itu, tenang saja soal bayar membayar." Pak Benri berjalan mengambil buku pesanan di balik meja kerjanya.

"Hei gadis muda, siapa nama kau? Biar ku catat di nota ini."

"Eh? Eumm, nama saya, Helia. H-E-L-I-A. Helia." ujar Helia sembari melihat namanya ditulis diatas nota kosong.

"Aahhh, nama yang bagus. Kau ini sangat periang rupanya. Harus kau selalu bahagia, ya." ucap Pak Benri, membuat rasa malas Helia sirna seketika. "Eh?"

SSREEETTT

"Nah sudah! Jangan kau hilangkan bukti nota ambil ini, atau gaun kau, akan bersemayam di gantungan ku, hahaha." Pak Benri memberikan secarik nota kepada Helia.

"Hahaha, terimakasih Pak Benri. Sampai nanti." Helia buru-buru pergi dari toko tersebut. Namun di belakang, Pak Benri terus memberikan lambaian tangan.

🐚

Karena ada keributan di koridor loker, Helia dan Nia terpaksa menghindar, dan masuk ke dalam ruangan tanpa cahaya. Ruangan yang digunakan oleh anggota jurnalis sekolah untuk mencuci poto-poto mereka.

Samudra HindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang