🐚Bab 16

5 2 0
                                    

⚠️Sebelum membaca bagian ini, harap diperhatikan :1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Sebelum membaca bagian ini, harap diperhatikan :
1. Bagian ini mengandung unsur kekerasan yang tidak patut ditiru oleh siapapun.
2. Bijak lah dalam menanggapi setiap konten yang ada.
3. Jika kamu merupakan korban, segera melapor ke pihak terkait, termasuk komisi perlindungan anak dan wanita.

🐚

Dengan segenap energi yang ada, Hindia dan Helia berlari menuju rumah Helia. Keduanya tidak tau harus menjelaskan seperti apa, otak mereka terasa kosong.

Sebabnya mereka berlari di pagi ini, mereka terlelap dalam tidur akibat kelelahan bercinta dalam balutan kasur besar hotel terbengkalai, hingga tidak sadar kalau matahari sudah bangkit.

Mereka naik bis pertama yang berangkat dari Halte Pantai Maju, kembali ke timur kota. Dengan pakaian selekatnya saja, maka disinilah mereka berada, di trotoar jalan raya yang mengarah ke rumah Helia.

Jaket parka Hindia yang membalut tubuhnya, Helia berlari di depan, sekuat yang dia mampu, secepat yang dia bisa. Hindia juga berlari penuh di belakangnya. Penuh juga penyesalannya.

Kedua ponsel mereka juga kehabisan baterai, tentu tidak bisa menjawab berbagai telpon dan pesan dari orang tua mereka.

Lima menit sudah mereka berlari dari halte kecil, dan tiba di pekarangan rumah Helia. Hindia memelankan langkahnya.

Tuan dan Nyonya Halo langsung keluar ketika melihat anaknya tiba di halaman rumah.

"Helia masuk! Hindia, pulang!!" seru Tuan Halo keras dan tegas. Helia berjalan cepat masuk ke dalam, tanpa balik badan melirik Hindia. Hindia pun tak bisa berbuat banyak. Ia mengangguk, dan pergi menghilang dari pandangan mata orang tua Helia. Ia berhasil membuat mereka kecewa.

🐚

Lonceng pintu berbunyi, tanda seseorang telah memasuki toko bunga milik keluarga Yayat.

"Selamat datang!" ucap pelayan toko, menyambut kehadiran Helia di toko mungil itu. Semerbak wangi kembang tercium oleh indra pernapasan Helia. "Wangi banget!" seru Helia. Menarik napas panjang dan dalam, lalu membuangnya pelan-pelan, tidak mau menyia-nyiakan kenikmatan.

"Tentu, Kak. Bunga-bunga kami selalu segar dan wangi. Kira-kira ada yang bisa saya bantu?" tanya si pelayan wanita ceria itu. "Eh? Saya mau bertemu dengan Yayat. Apa ada disini?"

"Ada, sebentar ya, saya panggilkan di belakang. Mohon ditunggu." ujar ramah si pelayan yang berlari begitu saja ke area kasir.

Yayat datang dari depan Helia. "Silakan, Hel, duduk." Yayat mempersilakan Helia ke sebuah bangku di ujung toko. Mereka duduk berhadapan.

"Kenapa Hel?" tanya Yayat. "Terus terang aja ya Yat. Lu tau keberadaan Hindia dimana sekarang?"

Yayat heran. "Hindia hilang lagi?"

Samudra HindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang