🐚 Bab 1

28 3 1
                                    

🐚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐚

Pak Ed menutup pintu ruangannya, ruang Kepala Sekolah SMA Bakti Dharma, seraya mengambil sebuah folder plastik emas dari lemari besi di sebelah pintu.

"Silakan, silakan duduk."

Pak Ed menunduk, dan meminta Tuan Halo untuk duduk di sofa panjang merah tua, yang khusus untuk tamu sekolah.

Tuan Halo duduk perlahan. "Selamat pagi, Pak Ed." 

Pak Ed tersenyum sedikit. "Pagi juga, Tuan Halo,"

"Sebelumnya, saya turut berduka cita atas kepergian putri sulung tuan, Kalia. Saya ingat, almarhumah dulu adalah siswi terpintar di sekolah."

"Terimakasih Pak Ed, atas belasungkawanya. Saat ini, kami sedang berusaha membalikkan keadaan yang tidak mudah. Terlebih untuk Helia, pak." ucap Tuan Halo memelan.

Pak Ed membetulkan posisi duduknya melihat suasana akan serius. "Bagaimana, Tuan Halo, apa yang bisa saya bantu? Sebelumnya, saya tau, jelas ini tidak mudah bagi Helia yang kehilangan kakaknya begitu cepat."

"Benar pak." Tuan Halo mengangguk sekali. "Helia sulit untuk diajak bersekolah kembali. Kami bujuk dengan ini itu, dengan hadiah apapun, Helia tetap kokoh tidak mau datang sekolah." lanjutnya.

"Padahal, menurut saya, ini sudah terlalu lama, sudah 3 bulan dari kepergian anak kami, kakaknya Helia. Kami pikir, pembicaraan ini akan menjadi usaha terakhir untuk Helia bisa kembali ke sekolah,"

Tuan Halo sangat kuat menutup rasa sedih dan prihatin.

"Setiap hari, Helia hanya belajar melalui video dari sistem pembelajaran jarak jauh yang disediakan dinas pendidikan setempat, dan Helia berdalih bahwa itu lebih menyenangkan daripada datang lagi ke sekolah."

Pak Ed paham. Dari cerita Tuan Halo, Helia butuh uluran tangan untuk membantunya bersosialisasi kembali dengan lingkungan sekitar, termasuk dengan anak sebayannya.

"Saya mengerti apa yang Tuan Halo ceritakan. Saya paham Helia harus kembali bersosialisasi dan, ya, setidaknya mengobrol dengan teman-temannya. Kami coba diskusikan bersama ahli psikis dan mental, serta guru BK kami, Tuan,"

Pak Ed menyeka keringat. "Rasanya tidak cukup jika saya yang mengambil langkah besar, saya juga perlu bantuan, Tuan Halo."

Anggukan kepala sebagai balasan Tuan Halo. "Terimakasih Pak Ed. Kami hanya mau, anak kami, yang satu-satunya saat ini, Helia, balik lagi bersekolah, sebelum terlambat."

"Tidak apa, Tuan, semua belum terlambat. Saya akan bicarakan ini dahulu. Nanti akan saya hubungi Tuan Halo kembali."

🐚

Samudra HindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang