🐚Bab 13

4 2 0
                                    

🐚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐚

"Mau ikut?" seru Hindia, menghentikan langkah Helia memasuki gedung sekolah setelah berpanas-panasan di tribun lapangan baseball.

"Kemana?" Herannya Helia diselingi senyuman manisnya. "Ke suatu tempat."

"Peron stasiun lagi?" tebak Hindia, membelai rambut panjangnya. Alisnya naik turun pula. Hindia menyilangkan tangan. "Tet not! Salah. Tebak lagi!"

Hindia mengatuk-atuk dagu bawahnya dengan telunjuk kanannya. "Kemana ya? Kita makan pizza?" Hindia berpose lemas seketika. "Yah kalau soal jajan, lagi gak punya duit nih." ucapnya lesu, menjadikan Helia melepas tawanya.

"Jadi kemana?" tanya Helia mengalun. "Kita akan mencari peti harta karun!" girang Hindia. "Wah! Gak dulu deh." balas Helia malas begitu saja. Dia mulai berjalan memasuki gedung sekolah. Hindia menyusulnya.

"Seriusan, kita akan mencari peti harta karun. Di kota ini pernah ada penjajah yang nguburin petinya." Hindia berusaha memohon Helia untuk ikut berpartisipasi pada kegiatan anehnya. "Iya kalau dapet hartanya, kalau cuman dapet karunnya gimana?" tanya Helia yang masih berjalan cepat menuju kelas.

"Ya, kalau dapet karunnya, kita kubur lagi."

Mendengar ucapan asal Hindia, Helia yang kesal tiba-tiba berusaha untuk tidak meluapkan tawanya. "Sia-sia itu namanya. Buang-buang tenaga dan waktu."

"Kan setidaknya kita mencoba, bukan kita menyerah duluan." Masih saja Hindia mati-matian merayu Helia. "Oke," Helia berhenti. Dia balik badan. Kedua alis tebal Hindia naik. "Oke?"

"Oke, gua ikut, tapi satu syarat." ujar Helia, mengacungkan jari telunjuk nya di depan mata Hindia. "A—apa?"

"Kita dateng siang!" titah Helia. "Tapi kita kan masih di sekolah kalau siang, Hel."

"Ya, kita cabut! Kan kata lu, lebih baik gagal walau sudah dicoba, daripada menyerah sebelum memulai, begitu kan?"

Mendadak aura semangat dalam tubuh Hindia menyala, akibat tungku Helia yang membara, walau apinya cenderung penuh dengan kekesalan kepada Hindia. "Oke, deal!" Hindia menjulurkan tangan kanannya. "Deal!" Helia menangkap uluran itu.

🐚

Sebuah universitas terbesar di negeri ini berada di kota tempat tinggal Helia dan Hindia. Universitas dengan berbagai jurusan terakreditasi tinggi, baik dinilai oleh tim lembaga pendidikan dalam, maupun luar negeri.

Universitas yang menjadi tempat impian bagi banyak siswa sekolah menengah atas di seluruh penjuru bangsa. Termasuk, impian tinggi dari seorang Helia.

Samudra HindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang