Setelelah selesai melaksanakan tes hari ini, aku langsung pulang ke penginapan untuk beristirahat karena tes itu benar-benar memakan kemampuan otakku.
Jadi sebaiknya hari ini aku tidak belajar dulu dan melakukan sesuatu yang menyenangkan seperti berkeliling, mungkin? aku akan keluar sebentar.
"Oh iya, kalau aku keluar sendiri pasti akan terasa bosan, sebaiknya aku mengajak Rina karena sepertinya jam les hari ini sudah berakhir."
Aku mengambil handphone di saku kiriku dan mencari kontak Rina, lalu meneleponnya.
Beberapa detik setelah itu, teleponku diangkat olehnya.
"Oh halo Reo kun, ada apa ini? Tumben sekali ya kau meneleponku. Apakah kau butuh sesuatu?"
"Tidak Rina, atau mungkin ini bisa dikatakan begitu... tapi sepertinya bukan." Balasku berbelit-belit.
"Eh apa itu? Kata-katamu tidak bisa kumengerti dengan baik."
"Begini, apakah lesmu sudah selesai hari ini?"
"Ya dan aku baru saja keluar dari kelas. Sekarang sedang duduk sendirian di depan tempat les."
"Kasihan sekali ya dirimu karena duduk sendiri. Kau kesepian ya karena aku sudah tidak ada di sana?"
"Tidak kok. Dan apakah kau meneleponku hanya untuk mengejek?"
"Tidak juga. Aku saat ini baru saja selesai tes dan hasilnya akan keluar besok. Dan saat ini kepalaku benar-benar pusing. Jadi, aku butuh penyegaran otak."
"Kau ingin aku memijat kepalamu?"
"Tidak bukan itu maksudku. Aku saat ini sedang berencana untuk jalan-jalan dan berkeliling. Tapi membosankan jika sendiri, maukah kau menemaniku?"
"Eh kau mengajakku kencan? Jarang sekali ya pria sekaku Reo kun mau mengajakku kencan seperti ini, aku jadi malu."
"Tidak bukan seperti itu. Aku hanya memintaku menemaniku saja."
"Ya sudahlah, aku bercanda kok. Kau ada di mana sekarang?"
"Di dekat tempat pemberhentian bus yang biasa."
"Baiklah aku ke sana sekarang. Tunggu aku ya jangan pergi sendiri. Aku tutup teleponnya, dadah."
Telepon dia matikan dan aku pun menunggu sambil duduk di tempat pemberhentian bus di sana sambil makan cemilan kecil dan jus jeruk.
Setelah menunggu sekitar tujuh menit, Rina mulai menampakkan dirinya dan perlahan dia mendekatiku."Hai. Bagaimana tesmu hari ini? Apakah semuanya terasa berat?"
"Sejujurnya itu sangat berat. Karena itulah aku butuh penyegaran dan mengajakmu."
"Eh... begitu ya... kalau begitu ayo kita mulai saja kencannya."
"Rina san, sudah kubilang ini bukan kencan loh." Jawabku.
"Hahaha iya iya aku tahu, aku tahu kok. Ayo."
Kami pun berangkat dengan menaiki bus yang sudah ada di tempat pemberhentian. Dan ternyata untuk sampai ke taman hiburan itu cukup lama juga.
Kami menaiki bus ini selama satu jam lebih hingga akhirnya sampai ke tempat ini.
Taman hiburan tokyo yang jaraknya mungkin sekitar satu jam lima belas menit jika dari penginapanku.
"Sejujurnya aku belum pernah naik angkutan umum selama ini, bahkan di Indonesia."
"Eh? Tapi kau berangkat dari Indonesia ke Jepang menggunakan pesawat kan? Bukankah itu juga transportasi umum?" Tanya Rina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Seorang Idola [ Road to Japan ]
Teen FictionSeri kedua atau lanjutan dari Leo : Dia yang Seorang Idola Perjalanan Leo dalam mencapai mimpinya baru memasuki garis start. Leo sempat kebingungan saat pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Negeri Sakura tersebut karena budayanya yang berbeda...