Setelah pulang kembali ke penginapan, aku mengambil makan siang di dapur yang menyediakan makan siang kami. Ternyata ini sudah disewa khusus untuk pelajar asing sepertiku.
Bukan hanya aku, tapi semuanya yang tinggal disini juga mendapatkannya.
Karena itulah aku melihat banyak pekerjanya yang memiliki muka seperti orang Indonesia. Tapi kalau seperti ini aku merasa tidak seperti di Jepang, tapi ya sudahlah tidak apa-apa, karena aku bisa beraktivitas lebih mudah kalau seperti ini.Dan setelah selesai makan aku kembali ke kamarku dan melakukan panggilan video dengan kedua orang tuaku.
"Halo ayah, ibu, apa kabar kalian." Ucapku sambil melambaikan tangan kepada mereka berdua.
"Oh Leo kau sudah sampai ya, kami baik-baik saja disini. Kau bagaimana?"
"Aku juga baik-baik saja ayah. Hanya saja sedikit melelahkan karena ini adalah perjalanan yang jauh."
"Yah kau harus jaga kesehatan ya. Kapan lesmu dimulai?"
"Satu minggu lagi."
"Masih lama ya. Gunakanlah waktu itu untuk beristirahat dulu." Ucap ibuku.
"Tentu saja ibu. Dan juga, aku ingin memberi tahu kalian satu hal yang mengejutkan."
"Apa itu nak?" Tanya mereka berdua dengan ekspresi bingung.
"Tadi aku melihat Yuki Futaba."
Mereka berdua pun terkejut mendengarku mengatakan itu."Eh kau serius nak? Yuki Futaba yang itu kan? Idol favoritmu." Tanya ayahku dengan muka yang penuh keheranan.
"Aku serius ayah, bahkan tadi aku menabraknya secara tidak sengaja." Ucapku.
"Wahh kalau begitu selamat ya nak, sepertinya kau sudah mendapatkan bonusmu." Ucap ibuku.
"Yah semoga saja kau bisa tidur tenang setelah ini ya." Balas ayahku.
"Apa-apaan itu, tentu saja aku bisa tidur dengan tenang kok ayah." Balasku sambil sedikit tertawa.
"Hahahahaha."
"Ayah, ibu, sudah dulu ya. Aku masih ada beberapa urusan, nanti aku telepon lagi."
"Oh baiklah, sampai jumpa nak! Ingat untuk terus menjaga kesehatanmu selama di Jepang ya, kami akan menyambutmu empat tahun lagi saat pulang."
"Aku akan menunggu itu, terima kasih untuk ayah dan ibu."
Lalu aku mematikan panggilan video dan mempersiapkan beberapa kebutuhan untuk les. Meskipun masih lama, tapi sebaiknya aku menyiapkan semuanya lebih awal karena pasti akan repot kalau menyiapkannya saat lesnya sudah dekat.
Aku melihat isi tasku dan sepertinya sudah ada buku, kamus Bahasa Jepang, pena, pensil dan penghapus.
"Sepertinya sudah lengkap."
Setelah semuanya sudah siap, aku kembali ke meja belajarku dan mencoba untuk mengeja beberapa kosakata dalam bahasa Jepang.
Seperti misalnya wa-ta-shi yang artinya aku atau saya. Lalu a-na-ta yang artinya kamu, dirimu, anda dan semacamnya.
Suara berisik dari luar tiba-tiba muncul dan itu sangat menganggu konsentrasi belajarku."Berisik sekali, ada apa di luar sana."
Aku mencoba untuk menenangkan diri dan memasang headset dengan volume keras di kedua telingaku agar tidak terganggu dengan suara berisik di luar sana.
"Akhirnya aku bisa belajar dengan tenang tanpa ada gangguan sedikitpun."
Lalu aku mencoba untuk menghafal beberapa huruf kanji tapi sepertinya sulit jadi aku menundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Seorang Idola [ Road to Japan ]
Ficção AdolescenteSeri kedua atau lanjutan dari Leo : Dia yang Seorang Idola Perjalanan Leo dalam mencapai mimpinya baru memasuki garis start. Leo sempat kebingungan saat pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Negeri Sakura tersebut karena budayanya yang berbeda...