Setiap orang memiliki jalan sukses yang berbeda asalkan mau berusaha keras. Begitu juga dengan Leo, yang terus belajar dan berusaha hingga akhirnya berhasil melanjutkan pendidikannya ke Jepang.
Happy reading!!
-
-
-
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya aku sudah mendarat di Jepang dan hal pertama yang harus aku lakukan adalah mencari penginapan yang alamatnya sudah dikirimkan kepadaku.
Aku melihatnya melalui handphone-ku dan sepertinya ini adalah area yang sulit. Atau mungkin aku hanya belum terbiasa saja ya?
Dari bandara aku mulai jalan kaki dan mencari angkutan umum di sekitar sini tapi ternyata sangat sulit.
"Sepertinya aku butuh waktu adaptasi yang lama saat masih berada di sini."
Dan begitu terkejutnya aku saat sudah sampai ke pusat kota, aku melihat banyak sekali orang-orang yang lebih suka jalan kaki daripada memakai transportasi umum atau pribadi.
"Sepertinya Jepang sangat menjunjung tinggi gaya hidup sehat ya."
Saat aku melihat lokasiku melalui handphone, ternyata aku sudah berada di Tokyo.
Tapi aku masih kesulitan untuk mencari di mana penginapanku berada. Bahkan, sejauh ini aku sudah tiga puluh menit mondar-mandir entah ke mana.
Aku duduk terdiam setelah berkeliling lama mencari lokasi penginapanku di kursi taman terdekat.
"Aku lelah sekali. Mungkin sebaiknya aku membeli minuman dulu."
Kebetulan di dekatku ada mesin penjual otomatis yang hanya perlu memasukkan koin. Aku membeli minum dari sana dan istirahat sejenak.
"Sepertinya mereka semua sudah terbiasa ya, jalan kaki dalam keadaan seperti ini. Bahkan aku lihat beberapa dari mereka membawa payung." Ucapku sambil memperhatikan orang-orang yang ramai.
Kira-kira sudah lima menit waktu berlalu sejak aku beristirahat. Dan sekarang sudah waktunya pergi.
Untuk saat ini aku masih kesulitan mencari di mana tempat penginapanku.Saat aku sedang fokus berjalan sambil memperhatikan hpku agar tidak tersesat, aku tidak sengaja menabrak seseorang.
"Ugh maafkan ak-"
"Iya tidak apa-apa." Jawabnya.
Dia memang tidak apa-apa, tapi di sini akulah yang terkejut. Karena orang yang tidak sengaja aku tabrak ini ternyata adalah Yuki Futaba.
"Waduh bagaimana ini?! Aku panik tapi juga senang! Tapi aku juga bingung! Aduh gimana ya, dia bilang apa tadi? Tidak apa-apa kan? Aku harus jawab apa?" Ucapku dalam hati.
"Emm moshi-moshi?" Ucapnya dalam bahasa Jepang."
Ehh iya?" Aku masih sedikit gugup disini, jadi keahlian Bahasa Jepangku seketika menghilang sejenak.
"Daijobu desuka?(dalam Bahasa Jepang)'' Dia bertanya dalam bahasa Jepang yang artinya "apakah kau baik-baik saja?"
''Ya, saya baik-baik saja" Aku menjawab sebisaku dalam Bahasa Jepang.
Tapi bagaimana ini, dia melihatku secara langsung! Kalau dia tahu aku adalah penggemarnya apakah dia akan membenciku? Apakah dia akan langsung pergi?
Saat ini dia masih melihatku dengan wajah bingungnya. Imut sekali! Ingin rasanya aku foto secara langsung, tapi itu adalah privasi jadi tidak boleh, apalagi saat ini sedang berada di Jepang.
"Anu- a-a-da apa?"
Gawat, aku sangat gugup jadi bicaraku terbata-bata. Bagaimana ini, apakah kehokianku selama satu tahun sudah dipakai?
"Tidak, dari tadi anda selalu melihat ke arah handphone anda dan wajah anda sepertinya asing di sini. Apakah anda seorang pendatang?" Tanyanya dalam Bahasa Jepang. Waduh bagaimana ya, aku belum terlalu paham Bahasa Jepang.
"Iya." Jawabku singkat karena hanya itu Bahasa Jepang yang aku tau. 'Hai' (iya).
"Begitu ya, kalau begitu saya permisi dulu ya soalnya saya sedang buru-buru."
Aku tak mengerti dengan apa yang baru saja dia ucapkan. Tapi dia langsung pergi meninggalkanku begitu saja.
"Hah syukurlah. Aku kira aku akan mati di sini karena melihat dia secara langsung. Ternyata ini yang dirasakan oleh Hamzah selama ini ya." Ucapku pada diri sendiri. Aku senang karena tidak ada yang mengerti dengan bahasaku di sini.
Akhirnya setelah hampir dua jam berkeliling kota, aku menemukan penginapan yang ditujukan untukku oleh pemerintah.
"Di sini ya, aku akan hidup selama kurang lebih empat tahun untuk melakukan semuanya dan menjadi lebih baik dari sebelumnya." Ucapku.
Lalu ada seorang petugas dari Indonesia yang memanduku ke kamar istirahatku. Untungnya ada orang Indonesia jadi aku tidak terlalu sulit hidup di sini.Setelah meletakkan semua barang-barang di kamar, aku mencoba untuk keliling melihat pemandangan di Jepang.
"Yah mumpung belum masuk les."
Lesku katanya akan dimulai satu minggu lagi dan kelasnya cukup jauh dari penginapan ini dan mungkin di kelas les nanti akan banyak pelajar dari berbagai negara.Saat keluar, aku mulai melihat ke sekeliling dan begitu banyak orang yang sedang jalan kaki.
Aku mampir ke minimarket untuk membeli jajanan dan minum, lalu duduk di kursi di dekat sana dan melihat ke langit.
Lima detik aku merenung saat melihat langit dan setelah itu aku baru ingat kalau ibu menyuruhku untuk jangan melihat langit.
"Ternyata ini alasannya ya."
Aku sekarang baru merasakannya, aku begitu jauh dari ayah dan ibuku, aku begitu jauh dari rumahku, aku begitu jauh dari lingkungan asalku.
Aku tidak menyangka kalau sudah pergi sejauh ini, merantau untuk mendapatkan ilmu yang lebih baik dan mengangkat derajat keluargaku.
"Langit yang biru dengan awan yang putih. Apakah di Indonesia langitnya sama seperti ini ya..."
End~~~~~
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Seorang Idola [ Road to Japan ]
Ficção AdolescenteSeri kedua atau lanjutan dari Leo : Dia yang Seorang Idola Perjalanan Leo dalam mencapai mimpinya baru memasuki garis start. Leo sempat kebingungan saat pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Negeri Sakura tersebut karena budayanya yang berbeda...