Kami selesai makan, dan itu ternyata benar-benar pedas lebih dari yang aku bayangkan.
Tapi aku masih tidak paham dengan kalimat yang diucapkan oleh Rina tadi.
Aku dan Rina sekarang sudah pulang menuju ke rumah masing-masing dan saat ini aku sedang berada di dalam bus."Hmmm..."
Senandung kecil yang ku keluarkan untuk menemaniku selama perjalanan pulang.
Dan saat termenung seperti ini aku baru saja kepikiran ....
Ternyata aku sangat merindukan Indonesia. Aku rindu masakan ibu, aku rindu lingkungan di Indonesia, aku rindu berbicara dalam Bahasa Indonesia. Tapi semua itu harus aku simpan hingga empat tahun kemudian.
Ingatlah tujuanku merantau jauh ke sini, yaitu untuk membuat nama orang tuaku terangkat dan membuat keluargaku menjadi lebih baik.
Air mataku yang sedikit keluar segera kuseka dengan sapu tangan kecil yang ada di saku celanaku.
"Aku tidak boleh menangis hanya karena ini..."
Dan akhirnya bus berhenti di tempat pemberhentian yang dekat dengan penginapanku. Lalu aku turun dari bus dan berjalan pulang menuju penginapan.
Setelah sampai, aku langsung berjalan ke kamar, mengunci pintu dan duduk termenung diatas kursi.
Aku masih kepikiran tentang Indonesia. Aku sangat merindukan mereka.
Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon kedua orang tuaku."Halo nak, kamu apa kabar? Ibu harap kamu menikmati senua proses di sana ya. Kami sangat merindukanmu. Padahal kau baru saja pergi, tapi kami sudah sangat rindu nak. Namun kami harus menyimpannya untuk empat tahun kemudian, karena saat itulah kau akan pulang kan?"
"Ya bu aku janji. Aku janji akan kuliah semaksimal mungkin di sini dan lulus tepat waktu. Setelah itu, aku akan kembali ke Indonesia dan memperlihatkan semuanya kepada ibu."
"Ibu akan sangat senang dengan hal itu nak, terima kasih ya..."
"Oh iya, ayah di mana bu?"
"Ayah lagi nonton pertandingan sepak bola. Sepertinya sangat seru jadi ibu tidak menganggunya."
"Hahahaha ada-ada saja. Namanya juga ayah bu, tapi tidak masalah karena yang penting aku tahu kabar keluarga di sana. Dan juga tolong sampaikan salamku kepada ayah ya bu."
"Tentu nak." Jawab ibu.
"Baiklah bu, udah dulu ya teleponnya. Aku baru saja pulang dari luar dan sekarang aku mau istirahat."
"Oh begitu ya nak? Ya sudah selamat berjuang untuk mencapai mimpimu ya."
"Terima kasih ibu."
Setelah itu aku mematikan telepon dan langsung berbaring diatas kasurku.
**********
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Seorang Idola [ Road to Japan ]
Ficção AdolescenteSeri kedua atau lanjutan dari Leo : Dia yang Seorang Idola Perjalanan Leo dalam mencapai mimpinya baru memasuki garis start. Leo sempat kebingungan saat pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Negeri Sakura tersebut karena budayanya yang berbeda...