Setelah sampai di penginapan, aku hanya membaca buku untuk memperbanyak ilmu pengetahuanku.
Melihat idolaku yang sangat sulit digapai meskipun dia adalah seniorku, setidaknya aku harus mendekati prestasinya di bidang akademik.Karena hal inilah aku terus belajar mulai dari jam empat sore hingga tanpa aku sadari sudah lewat tengah malam.
"Gawat, sepertinya aku belajar tanpa henti selama sembilan jam ya."
Tanpa aku sadari, kepalaku sedikit demi sedikit terasa seperti berputar dan terasa berat.
"Argh, pusing sekali."
Aku berupaya untuk jalan kaki menuju tempat tidurku karena mustahil jika aku melanjutkan pelajaran dalam kondisi seperti ini.
"Besok hari minggu kan? Sepertinya aku bisa istirahat. Tapi... waktu liburku akan terbuang sia-sia jika aku istirahat."
Sebelum sampai ke tempat tidurnya, dia sudah tergeletak lebih dulu di atas lantai akibat kepalanya yang sangat pusing dan terasa berat.
Sepertinya ini karena Leo terlalu memaksakan diri belajar selama sembilan jam tanpa henti dan tanpa makan.
Leo pun pingsan di dalam kamarnya sendiri saat dia mau istirahat sejenak di tempat tidur.
Dan selama tujuh jam tidak ada yang menyadari kalau Leo sedang pingsan di kamarnya hingga pagi tiba.
"Nak Leo, ayo jemput sarapan anda di dapur."
Sudah pukul delapan pagi dan Leo masih belum menjemput sarapannya, tentu ini membuat para pengurus di penginapan sedikit gelisah karena tidak biasanya Leo terlambat untuk mengambil sarapannya.
Dan sudah tiga kali sang pengurus memanggil Leo di depan kamarnya tapi masih tidak ada jawaban.
Karena tidak ada pilihan lain, pengurus itu memasuki kamar Leo tanpa izin dan dia terkejut melihat Leo pingsan tergeletak di kamarnya.
Dia langsung memanggil rekannya dan membawa Leo ke rumah sakit terdekat.
Beberapa jam setelah dibawa ke rumah sakit, akhirnya Leo mulai membuka mata secara perlahan dan dia melihat sekelilingnya."Ini... di mana ya..." ucapnya dengan nada pelan.
Tapi saat ini tidak ada satu orang pun yang berada di dekatnya. Jadi pertanyaannya tidak bisa di jawab.
Kemudian pintu ruangan itu terbuka dan terlihat ada sosok dokter di sana dan dia terlihat senang saat melihat Leo.
"Anda sudah sadar ya? Baguslah. Tadi anda pingsan dan ada dua orang yang membawa anda ke rumah sakit ini. Tapi setelah itu mereka langsung pulang karena banyak hal yang harus dilakukan."
Leo masih terdiam seribu bahasa setelah mendengar perkataan dari pak dokter.
**********
Mataku terbuka perlahan, keluar dari kegelapan menuju cahaya yang harus diraih.
Tapi ....
Aku melihat diriku sendiri sedang terbaring di rumah sakit.
"Aku... pingsan ya? Kalau dipikir-pikir bagaimana aku bisa pingsan?"
"Anda pingsan karena terlalu memaksakan diri. Anda belajar selama sembilan jam tanpa henti bukan? Belajar itu memang penting tapi kesehatan itu jauh lebih penting. Ingatlah hal itu nak," ucap dokter itu, lalu dia keluar dari ruanganku.
"Begitu ya, aku jadi sakit karena terlalu memaksakan diri untuk belajar."
Kalau kupikir dengan baik, sepertinya aku memang terlalu fokus belajar akhir-akhir ini sampai lupa memperhatikan kesehatanku.
Dan kemarin saja aku lupa makan karena terlalu fokus belajar, bahkan sampe sembilan jam.Dan sekarang aku merasa staminaku habis, kepalaku pusing dan seperti tidak ada tenaga untuk bergerak.
"Jadi, aku hanya bisa tetap diam di sini sampai sembuh ya?"
**********
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Seorang Idola [ Road to Japan ]
Ficção AdolescenteSeri kedua atau lanjutan dari Leo : Dia yang Seorang Idola Perjalanan Leo dalam mencapai mimpinya baru memasuki garis start. Leo sempat kebingungan saat pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Negeri Sakura tersebut karena budayanya yang berbeda...