2 tahun kemudian
GAS tengah berhadapan dengan geng motor SMA. GAS hanya bertiga, sedangkan mereka berdelapan seraya membawa tongkat kayu untuk senjata. Terik matahari di tanah lapang mendukung suasana itu.
Galaksi, Arman dan Sani, kompak memasang wajah songong mereka. Sebenarnya jika dilihat dari jumlah, mereka akan kalah. Namun, Arman dan Sani percaya diri karena di dalam tim mereka ada Galaksi yang memang jago bela diri. Sedari kecil, Galaksi sudah dilatih untuk bisa bela diri. Ayahnya memang mewajibkan Galaksi untuk bisa bela diri karena kejadian saat kecil Althair pernah diculik. Althair tidak mau terjadi hal yang sama kepada Galaksi, itu kenapa ia langsung mewajibkan Galaksi berlatih bela diri sejak kecil untuk berjaga-jaga.
"Kayaknya kita pas SMA juga bandel, tapi nggak kayak mereka," bisik Arman kepada Galaksi.
"Si Cakra bikin ulah apa dah sampe mereka samperin abangnya?" tanya Galaksi kepada Sani.
"Nggak tahu kali ini Cakra bikin ulah apalagi. Yang jelas mereka ajak gue ketemuan. Mana gue tahu kalau mereka bawa rombongan sama bawa senjata begitu," balas Sani.
Ketua geng motor maju selangkah, ia menunjuk Galaksi menggunakan balok kayu yang dipegangnya. "Lo abangnya Cakra?"
"Yang sopan lo sama yang lebih tua! Bocah SMA sok-sok-an. Gue celupin ke lereng gunung Merapi baru tahu rasa!" omel Galaksi tidak terima.
"Halah bacot! Mana adek lo? Dia udah rebut cewek gue, seenaknya aja dia ngilang gitu aja!"
"Pantesan. Lo jelek makanya pacar lo lebih milih si Cakra adeknya Sani. Good looking selalu terdepan," celetuk Arman seraya tertawa mengejek.
"Sialan lo!" ujar ketua geng motor tersebut terlihat emosi. Ia maju beberapa langkah hendak menyerang Arman karena tidak terima, namun ditahan oleh anak buahnya.
"Arman, nggak boleh gitu, Nak. Meskipun fakta," ujar Galaksi mengundang gelak tawa GAS.
Sani maju, ia mengembuskan napasnya lelah. Ia menatap geng motor itu bergantian. "Gue nggak mau ribut, apalagi karena masalah lo sama Cakra. Gue abangnya Cakra dan gue minta maaf atas nama adek gue."
"Sayangnya gue temuin lo bukan buat damai, Bang."
"Siapa nama lo?" tanya Sani masih santai.
"Sam, Samudra."
"Oke, Sam. Gue nggak ada waktu buat berantem. Bentar lagi ada jam dosen yang harus gue hadiri. Kalau kalian ada masalah sama Cakra, kalian selesaikan sama dia. Gue yakin adek gue nggak mungkin kabur dari masalah."
"Tapi nyatanya adek lo kabur!" sentak Sam.
"Bocil gak usah nyolot lo!" sentak Arman balik.
"Jangan mentang-mentang lo lebih tua, gue takut sama lo pada, Bang! Gue nggak takut sama sekali!"
"Cih!" Arman meludah meremehkan, ia mendorong punggung Galaksi, "Nih lawan bos gue. Dia bisa lawan lo pada dengan tangan kosong. Nggak hanya wajah tampan dan dompet tebal, bos gue juga jago bela diri."
Galaksi melirik Arman tajam. Sungguh ia tidak mau membuang tenaga melawan bocah SMA bersenjata itu. Galaksi sudah lama tidak berantem, ia juga sudah tobat dan menjadi anak baik semenjak duduk di bangku kuliah, ya meski kadang suka melawan kating yang mencari gara-gara dengannya.
"Gue juga nggak takut, Bang! Ayo kita mulai!" ujar Sam semakin marah.
"Gara-gara lo!" bisik Galaksi di telinga Arman.
"Lah kan emang bener lo jago berantem, Lak."
"Iya, tapi kita kalah jumlah. Yang ada kita kalah kalau lawan mereka, Man. Lo bego banget, sih?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi: Extraordinary Love
Jugendliteratur"Gue terima surat cinta lo." "Hah? Kak! Tapi surat itu dari...." "Hari ini kita jadian. Lo sama gue pacaran," tegas Galaksi seraya menampilkan smirk andalannya. *** Berawal dari kesalahpahaman surat cinta, Tari dipaksa menjadi kekasih seorang Galaks...