Tari syok berat. Di pemakaman ia hanya menangis dalam diam. Matanya menatap dua nisan di hadapannya. Satu per satu tetangga yang melayat sudah pergi meninggalkan makam, tersisa keluarga Tari serta teman-teman Tari,
Galaksi, Arman, Sani, Aghnia, Tresa, Alana.
Galaksi tidak berhenti menatap Tari, ia ingin berada di samping Tari untuk memeluk kekasihnya itu agar lebih baik. Tari terlihat sangat pucat.
Saat keluarga Tari hendak pergi dari sana, mereka melihat nenek yang berjalan dengan cepat seraya menangis. Wanita paruh baya itu langsung bersimpuh di depan makam anak dan menantunya.
"Karta! Karta, kenapa tinggalin ibu secepat ini, Nak! Kenapa!" teriak Nenek histeris.
Melihat itu membuat Tari semakin deras menangis, rasa bersalah itu semakin dalam menggerogoti hatinya.
Nenek menatap tajam anak-anaknya yang lain, "Kalian kenapa tega nggak kasih tahu ibu! Kenapa ibu tahu semua ini dari sopir ibu!" bentaknya murka.
"Kami tidak siap memberitahu karena Ibu sedang sakit, Bu. Ibu kenapa bisa di sini, Ibu harus istirahat."
"Kalian pikir hati ibu tidak hancur melihat anak ibu berpulang seperti ini! Semakin hancur kala kalian tega menyembunyikan ini!"
Mama Tania berjongkok, ia meraih pundak Nenek dan merangkulnya. "Ibu yang tenang, Bu."
"Bagaimana Ibu bisa tenang! Putra ibu meninggalkan ibu! Ibu tidak bisa melihat wajahnya bahkan untuk terakhir kali! Kamu bilang ibu harus tenang?!"
Tatapan tajam nenek beralih kepada Tari, wanita paruh baya itu langsung menjambak dan menampar Tari keras. Ia begitu histeris, yang ada di otaknya adalah bagaimana melampiaskan semuanya kepada cucunya yang ia anggap sial itu.
Galaksi yang melihat itu langsung berlari menghampiri Tari, ia memisahkan Nenek yang membabi buta memukuli Tari. Galaksi melindungi Tari dengan cara merengkuhnya, menyembunyikan Tari di dadanya. Alhasil Nenek beralih memukuli punggung Galaksi.
"Pasti gara-gara kamu! Pasti semuanya ini terjadi karena kamu! Kamu sudah membunuh putra dan menantuku! Anak tidak tahu diri!"
Galaksi menutup kedua telinga Tari agar tidak mendengar sumpah serapah neneknya. Sangat menyakitkan mendengar hal buruk itu keluar dari mulut keluarga sendiri.
"Jangan didengerin, Tari. Jangan," bisik Galaksi.
Keluarga lain ikut memisahkan nenek yang sudah beralih memukuli punggung Galaksi karena berusaha melindungi targetnya.
"Sampai kapan pun aku akan terus membenci kamu! Harusnya kamu yang mati, bukan putraku! Anak sial! Kamu tidak diharapkan di keluarga kami!"
"Apa salah menantuku? Dia sudah menerima kamu dan menganggap kamu sebagai putrinya sendiri. Tapi karena kamu, dia ikut pergi. Anak tidak tahu diuntung!"
Meski telinganya ditutup oleh Galaksi, tapi Tari tetap bisa mendengar caci maki neneknya. Yang ia lakukan hanya menangis. Rasa sakit hatinya berkali-kali lebih menyesakkan. Tidak hanya Nenek yang sakit ditinggal putra dan menantunya, tapi Tari juga. Dunia Tari hancur, ia ketakutan.
Karena tidak mau membuat suasana semakin gaduh, akhirnya keluarga membawa Nenek pergi dari sana. Mereka juga tidak mau membuat kondisi Nenek semakin parah. Nenek harusnya masih dirawat di rumah sakit.
Keluarga Tari pergi dari makam, tersisa Galaksi, Arman, Sani, Aghnia, Tresa dan Alana.
Galaksi mengurai pelukannya, ia menatap sedih gadis yang terlihat tidak baik-baik saja. Tari terlihat sangat tertekan. "Gue nggak mau lo dengerin ucapan tua bangka gila itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi: Extraordinary Love
Novela Juvenil"Gue terima surat cinta lo." "Hah? Kak! Tapi surat itu dari...." "Hari ini kita jadian. Lo sama gue pacaran," tegas Galaksi seraya menampilkan smirk andalannya. *** Berawal dari kesalahpahaman surat cinta, Tari dipaksa menjadi kekasih seorang Galaks...