DL | Chapter 11

342 34 0
                                        

SUTSUJIN

Setelah pekerjaan hari ini selesai, gw memutuskan untuk mengunjungi cafe yang berjarak beberapa gedung dari rumah sakit karena gw mendengar dari beberapa orang setempat bahwa itu adalah tempat yang harus buat dikunjungi kalo lu mau menjernihkan pikiran lu. Karena Hazel sedang sibuk sama cewe nya dan ga bisa nganter gw, jadi gw jalan kaki - gw bisa aja naik taxi tapi karena gw ga terlalu tertarik buat ngehabisin sedikit uang yang gw bawa, jadi gw lebih memilih buat jalan kaki ke cafe ini.

Syukurlah, ga ada gangguan atau hal-hal yang ga menyenangkan selama perjalanan gw menuju cafe ini. Ketika gw akhirnya sampai, gw masuk dan mengambil tempat duduk di sudut ruangan setelah memesan secangkir teh hangat dan satu slice kue coklat.

Gw mengeluarkan dokumen dari tas gw dan menaruhnya di atas meja.

Sekarang, waktunya membaca dokumen ini. Gw mungkin seharusnya bawa baju ganti cadangan - gw merasa canggung karena gw satu-satunya orang yang memakai jas kerja

Mereka memanggil nama gw ketika pesanan gw udah siap dan gw segera berjalan buat mengambil pesanan itu, gw mengerutkan alis gw karena bingung ketika gw melihat satu piring lainnya dengan dua potong kue coklat. "Saya ga memesan ini."

"Oh, saya tau," jawabnya sambil tersenyum. "Itu bonus."

“Oh? Makasih,” kata gw sambil tertawa canggung. “Tetapi bolehkah saya bertanya mengapa? Apakah ada acara khusus hari ini?”

"Engga," dia memulai. "Sekadar terima kasih atas kerja keras yang anda lakukan. Semangat, dok."

Gw ga bisa menahan diri buat ga tersipu malu karena hal itu, "Terima kasih banyak."

Dan dengan itu, gw mengumpulkan piring satu per satu dan berjalan ke meja gw sebelum mengeluarkan laptop dan menaruhnya dia atas meja - di samping dokumen yang masih tergeletak di meja.

Apa yang mereka katakan tentang daerah ini itu sangat damai ternyata beneran. Meski jumlah orangnya lumayan banyak, tapi ga ada satu pun dari mereka yang berbicara terlalu keras atau mengeluarkan suara-suara yang mengganggu - jadi gw bisa membaca dokumen gw dengan sangat tenang.

Namun, saat lagi memilah-milah dokumen, gw menemukan sebuah foto yang terselip di beberapa dokumen tersebut. Kata-kata di belakang foto tersebut bertuliskan 'Arthur - 7' dan gw membuat kesalahan dengan melihat foto itu.

Itu adalah foto gw yang berumur 7 tahun, berdiri di antara bunda dan ayah. Di foto itu, diri gw tersenyum sambil memegang masing-masing tangan mereka sementara bunda menatap ke arah gw dengan senyum bangga nya dan kebahagiaan yang ga ada duanya, rambut hitamnya yang tergerai ngebuat dia semakin cantik. Ayah gw, sebaliknya, menunjuk ke kamera sambil tertawa.

Topik meninggalnya ayah gw selalu menjadi topik yang sensitif bagi gw, terutama karena kita berdua sangat akrab.

Foto inilah yang ngebuat gw tetap termotivasi selama di universitas - ketika gw punya pikiran negatif tentang berhenti kuliah, gw akan ngeliat foto ini buat ngebangkitin diri gw.

Dan sekarang ga kerasa gw udah ngelewatin hari-hari yang berat itu, gw udah berhasil sampe dititik ini - sampe sejauh ini.

Gw membiarkan ibu jari gw menyentuh wajah ayah dan seketika pandangan gw kabur. Dengan cepat, gw menaruh foto itu dan mengusap area mata, lalu kembali membaca dokumen buat mengalihkan pikiran gw.

Andai gw bisa memutar waktu kembali.

Doctor's Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang