DL | Chapter 3

475 61 0
                                        

SUTSUJIN

Setelah istirahat sejenak, gw kembali bekerja. Istirahat tersebut cukup gw butuhkan setelah seharian penuh gw terus memeriksa orang dan menuliskan resep obat di bawah pengawasan Tn. Vel, kayaknya takdir buruk lagi ada di sisi gw.

Maksud gw, saat gw sedang memeriksa beberapa dokumen, gw tanpa sengaja menumpahkan kopi ke badan gw - yang bisa dibilang kopinya sangat panas - dan itu meninggalkan noda tepat di selangkangan gw. Jujur gw malu, dan gw yakin orang-orang yang melihat ke arah gw akan merasa jijik. Gw mau ganti pakaian dan membersihkan diri gw di kamar mandi, tetapi gw selalu menunda karena beberapa dokumen yang gw kerjakan belum selesai, dan waktu gw inget gw harus ganti pakaian, waktu istirahat gw udah selesai.

Jadi begitulah akhirnya gw kembali ke balik meja kerja ini, dengan keadaan noda yang masih menempel di bagian selangkangan gw.

Gw berharap ga ada yang memperhatikan karena meja ini nutupin sebagian besar tubuh bagian bawah gw - tapi, pasien pertama setelah gw istirahat mempunyai pandangan yang tajam dan menyadari noda itu begitu gw berdiri sebentar.

"Apakah Anda mengompol, Dokter?"

"Ah sial."

-

Setelah bekerja, gw pergi keluar bersama Hazel karena dia mengajak gw untuk bersenang-senang, mungkin anak muda sekarang menyebutnya dengan istilah party.

Dia membawa pacarnya, dan meskipun dia merupakan adik gw, ga merasa seperti orang ketiga, yang harus melihat mereka bermesra-mesraan sementara gw duduk di sini berusaha menahan diri untuk ga muntah.

Segala bentuk keromantisan itu menjijikkan.

-

"Gapapa bang, gw tau kalau lu cemburu karena lu ga punya pacar sekarang," kata Hazel. "Itu hal wajar, karena gw yakin kita semua pernah di posisi itu. Tapi setidaknya lu punya waktu seharian buat diri lu sendiri! Bachelor's Day! pernah dengar ga?"

Rain, pacar Hazel, tersedak minumannya saat mendengar apa yang baru saja dikatakan pacar nya itu.

"Bukannya itu kayak... saat wanita diizinkan melamar laki-laki?" kata gw sambil mengangkat sebelah alis.

"Eh, iya? gw pikir itu hari buat orang yang ga bisa menikah atau punya hubungan, kayak lu" candanya sambil menatap gw dengan tatapan jahil nya.

Gw memukul tangannya "Diam, gw ga se-menyedihkan itu"

"Buktinya lu udah umur segini masih belum punya pacar bang" ejeknya. "Inget lu udah di umur yang mapan, bunda pasti juga udah ada kepengenan gendong cuc-"

"Mending lu diem," sela gw. "Belum ada yang bisa narik perhatian gw"

"Belum ada yang bisa narik perhatian lu apa emang lu nya yang ga laku hayo?" dia memulai. "Apa perlu gw cariin pacar? Apa perlu gw bilangin bunda biar di cariin jodoh?"

"Ga perlu, gw bisa cari sendiri, kalo lu yang nyari pasti lu jodohin gw sama nenek nenek" gw mendengus.

Gw melihat Hazel menghabiskan birnya yang ketujuh dan sekarang dia udah mabuk berat. Dia menguap lebar sebelum bersandar di bahu Rain dan melihatnya dengan mata yang menjijikan itu.

Gw berpura-pura mual dan berdiri dari kursi gw, izin pergi ke kamar mandi dan menjauh dari mereka berdua. Barnya cukup kecil sehingga cukup mudah untuk menemukan kamar mandi. Sesampainya di sana, gw menghela napas yang ga gw sadari telah gw tahan. Rasanya lega karena bisa menjauh dari pertunjukan lovy-dovy mereka.

Karena mengira gw sendirian, gw bersendawa dan mendesah pelan dan tertawa mendengar suara gw sendiri.

Oke, mungkin itu ga pelan.

Mungkin ga terlalu sepi juga.

Dan mungkin gw ga sendirian.

"Merdu sekali," gw mendengar sebuah suara berkata.

Oh sial.

Doctor's Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang