DL | Chapter 8

393 43 0
                                        

SUTSUJIN

"Kenapa sih kita ketempat ini terus setiap Minggu? Kayak ga ada tempat lain aja." Gw mengeluh, menyilangkan tangan di depan dada saat gw mengamati tempat itu untuk mencari kursi yang kosong.

"Karena ini tempat favorit gw." seru Hazle. "Ren cariin tempat dulu, gw mau ke kamar mandi bentar."

"Oke lekk," jawab Dyren sambil mengacungkan jempol. Setelah dia yakin Hazel udah pergi, dia berbalik menghadap gw, "Woi, pendek, carikan kami meja."

"Tapi kan Hazel nyuruh lu buat nyari," kata gw sambil mendesis.

"Ye tapi kan bukan berarti gw wajib ngelakuinnya lek," dia mengangkat bahunya sebelum disela oleh suara HP nya yang berbunyi.

“Ponsel lu bunyi terus dari tadi, siapa tuh?”

“Kepo kali kau," katanya sambil tersenyum saat melihat HP nya. "Idok sama Skylar ini, nanyain dimana posisi kita."

-

"Sorry gw telat!" terdengar suara yang familiar.

"Aman aja," gw tersenyum, menuntun mereka berdua. Idok duduk di samping Dyren, menatapnya dengan bingung, “Dimana Hazel?”

"Kamar mandi dia," jawab Dyren, mematikan HP nya dan meletakkannya di atas meja.

"Kalian udah mesen makanan?" Idok bertanya.

“Kau ni, baru aja ngeliat kami duduk, kekmana kami bisa langsung pesan makanan, pendo” kata Dyren sambil memutar mata kesal. "Pas kita pertama kali ketemu, gw benar-benar ngira lu adalah orang paling bodoh yang pernah gw temuin."

"Gw atau Idok?" Skylar bertanya sambil menatap mereka berdua.

"Idok la siapa lagi," kata Dyren sambil menatap Idok. "Itu lu, pendo," dia berkata sekali lagi setelah menyadari ga ada reaksi apapun dari Idok.

"Apa kata lu?"

"Saat kita pertama kali ketemu, gw pikir lu orang yang benar-benar bodoh," ulang Dyren.

"Kalo sekarang? Masih tetep aja? Udah engga kan?" Idok bertanya sambil menyeringai.

“Iya engga. Ga ada yang berubah maksud ku. Kau masih keliatan bodoh di mataku lek."

Sebelum mereka berdua sempat adu mulut, Hazel pun tiba, dia duduk di antara gw dan Idok

"Kalian udah mesen makan?" dia bertanya sambil melihat-lihat menu.

"Belum, ga ada pelayan di sini," kata Idok.

"Kalau gitu, cari lah satu, bodo," balas Hazel

"Biar gw yang nyari," usul gw, berdiri sebelum melihat satu pelayan di sudut belakang ruangan. Gw mengangkat tangan gw untuk memberi isyarat agar dia datang.

Wanita itu berjalan ke arah kami, dengan buku catatan dan pena di tangannya, "Apa yang ingin kalian makan?" dia bertanya dalam aksen Medan.

"Bentar, orang Medan kau?" Dyren bertanya dengan kaget.

"Iya?" Dia menjawab.

"Sabar ges. Biar gw yang urus," kata Dyren kepada kita dengan suara pelan. "Gw lahir di Medan, udah fasih banget ni bahasa Medan."

"Silahkan puh sepuh," tepuk tangan Hazel.

Dyren berdehem dan melihat ke arah wanita itu sebelum mengatakan sesuatu yang beberapa katanya cuma bisa dipahami oleh mereka berdua sementara kami bertiga hanya menatap mereka berdua.

-

Pelayan lain berjalan ke arah kami dengan membawa nampan berisi pesanan. Kami masing-masing mengambil tiga gelas berisi jus jeruk nipis yang menyegarkan. Dan setelah mendengar 'ting' suara gelas, Skylar berkata:

"Cheers! Untuk sepuh Medan kita, Rendy Dyren Syahputra."

Doctor's Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang