Trigger Warning: Bab ini mencakup adegan serangan panik yang cukup detail. Jika kamu merasa topik ini bisa memengaruhi kenyamanan, silakan lanjutkan membaca dengan hati-hati atau lewati bagian ini.
🥀🥀🥀
Arjuna sudah berada di rumah sebelum malam. Ia segera naik ke kamarnya begitu masuk ke rumah. Sejenak, ia berdiri di depan kamar Diandra. Ia tidak tahu wanita itu sudah pulang atau belum, karena sampai sekarang, nomornya belum aktif lagi.
Ketika akan berjalan, ia mendengar langkah kaki menaiki tangga. Arjuna menoleh dan Diandra muncul. Mereka saling bertatapan sejenak. Rasa canggung menghampiri mereka berdua.
“Kamu baru pulang?” tanya Arjuna.
Diandra mengangguk seraya melanjutkan langkahnya.
“Tadi kenapa telepon saya gak diangkat?” tanya Arjuna lagi.
“Handphone saya mati.”
“Gimana wawancara tadi?” Arjuna bertanya untuk kesekian kalinya. Diandra yang tadinya akan membuka pintu, mendadak terhenti dan menoleh pada Arjuna.
“Tinggal nunggu hasilnya.” Diandra menjawab seadanya. Setelah itu, ia masuk.
Arjuna membuang napas pelan. Ia masih terpaku di tempatnya dan Diandra sudah masuk. Ada sesuatu yang berbisik padanya untuk mulai memperbaiki hubungannya dengan Diandra, tetapi Arjuna segera menyangkal, mereka tidak akan bisa.
***
Ponsel Arjuna berdering beberapa kali ketika masih terlelap. Dan saat panggilan keempat, Arjuna baru terbangun karena merasa terganggu.
Dengan mata yang masih mengantuk dan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, Arjuna menjawab teleponnya.
“Halo.” Arjuna mengangkat telepon dengan suara parau khas orang bangun tidur.
“Jun, lama banget lo angkat telepon. Lagi ngapain, sih?” omel Edrick di seberang sana.
“Gue baru bangun tidur. Ada apa sih? Masih pagi udah ganggu.” Matanya berkedip pelan karena masih mengantuk dan ingin kembali tidur.
“Ck, masih pagi gimana, Jun. Matahari udah tinggi!" Edrick menyahut dengan nada gemas. "Mending lo bangun sekarang dan buruan ke kantor. Gue tunggu lo di sini,” ujar Edrick penuh penekanan.
“Emangnya ada apa? Perasaan kontrak yang kemarin kita setujuin masih dua minggu lagi.”
“Aduh, bener-bener lo, ya. Atau lihat sosmed sekarang, deh. Foto lo sama Diandra tersebar.”
Arjuna yang sebelumnya mengantuk, matanya mendadak segar dan tiba-tiba beranjak duduk. Ia terkejut dengan ucapan Edrick. “Foto? Foto apaan?”
“Justru itu yang mau gue tanya. Banyak banget lho akun gosip yang nyebar foto istri lo. Dan Diandra jadi sorotan. Gue sih gak masalah ya soal ini, tapi … banyak dari mereka yang mempertanyakan soal asal-usul Diandra. Mereka yang berkomentar, keluarga Kusuma itu gak punya anak perempuan.”
Arjuna tertegun sejenak. Selama ini, ia tidak pernah mengetahui berita-berita di dunia bisnis. Namun, keluarga Kusuma memang cukup dikenal di masyarakat karena mereka mempunyai yayasan pendidikan di beberapa kota selain mempunyai perusahaan di bidang properti.
"Halo, Jun. Lo masih di sana, kan?" Edrick memanggil-manggil Arjuna, tetapi pria itu tidak memedulikan suara Edrick. Setelah itu, ia menutup telepon secara sepihak.
Arjuna segera membuka sosial media dan benar saja. Fotonya tersebar dan itu ketika Arjuna mengantar Diandra ke kampus kemarin. Banyak foto Diandra yang diambil dibanding Arjuna. Sepertinya orang yang menyebar foto ini mengincar Diandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggung Sandiwara
RomantikDiandra Ardani Kusuma adalah seorang putri yang terbuang dari keluarga Kusuma. Sejak kecil, ia sudah diasingkan ke luar negeri. Namun, Diandra terpaksa kembali ke Indonesia karena Irwan Kusuma, ayahnya, menjodohkan Diandra dengan Arjuna Gunawan Sant...