Bab 2

37 6 0
                                    

🥀🥀🥀


Suara bising itu kembali terdengar saat Diandra terlelap, teriakan, tangisan yang memekakan telinga itu tidak bisa dihindari lagi. Tubuhnya bergerak gelisah, sesekali terdengar erangan pelan dari bibirnya. Ia kembali terperangkap dalam mimpi yang menyesakkan dada.

Bayangan masa lalu kembali berkelebat, Diandra melihat orang-orang itu membawa paksa sang ibu dari sisinya. Wanita itu menangis meronta-ronta, tetapi Diandra kecil hanya bisa memandang dari kejauhan. Tangannya tak mampu untuk menggapai.

Seketika, Diandra terbangun dengan napas terengah-engah. Keringat dingin mengalir di pelipis dan jantung yang berdebar kencang. Perasaan takut masih mencengkeram tubuhnya. Kenapa mimpi itu kembali menghampirinya setelah bertahun-tahun hilang?

Diandra beranjak duduk, lalu menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Diembuskan perlahan sampai dirinya benar-benar merasa baik. Namun, tetap tidak bisa menghilangkan ketakutan yang membekas dalam mimpi buruk itu.

Ia melirik ke arah gelas kosong di nakas. Ternyata ia lupa mengisi air di gelasnya. Akhirnya, Diandra memutuskan untuk turun ke bawah.

Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Lampu yang temaram membuat suasana tenang. Diandra tidak menyalakan semua lampu ketika turun ke dapur. Hanya mengandalkan pencahayaan dari lampu gantung kecil dan lampu di bawah kabinet. Itu sudah cukup untuknya.

Tangannya masih gemetar ketika memegang gelas dan menuangkan air

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya masih gemetar ketika memegang gelas dan menuangkan air. Perasaannya masih belum kembali normal. Ketika berbalik, Arjuna tiba-tiba muncul di balik kegelapan.

Diandra tersentak sampai tubuhnya menegang, tangan yang memegang gelas pun hilang keseimbangan. Gelas berisi air panas itu jatuh dengan bunyi cukup keras, pecah berantakan di lantai. Wanita itu bahkan hampir memekik, tetapi segera memejamkan mata seraya mengatupkan bibir. Arjuna segera menyalakan lampu sehingga ruangan itu jadi terang benderang.

Napas Diandra tersengal-sengal, ia memegangi dadanya yang terasa sakit ketika terkejut. Melihat hal itu, Arjuna jadi sedikit khawatir.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Arjuna walau dengan nada datar.

Diandra menggeleng pelan. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Rasa terkejut dan ketakutan menjadi satu. Namun, Diandra berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Kamu ngapain malem-malem di sini?"

"Saya mau ambil minum," jawab Diandra. Ia berjongkok untuk membersihkan pecahan gelas. "Aw," ringis Diandra ketika tangannya terkena bagian tajam dari pecahan itu. Darah merembes dari permukaan kulit di tangannya.

Arjuna menoleh, ia yang sedang menuangkan air berhenti sejenak dan mencari kotak p3k di sana. Setelah menemukan benda itu, ia meletakkannya di meja.

"Hati-hati," ujarnya dengan sikap acuh tak acuh.

Panggung SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang