Bab 25

40 13 4
                                    

Azkina berjalan ke halte dekat rumah dengan langkah ringan, tasnya tergantung rapi di pundak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azkina berjalan ke halte dekat rumah dengan langkah ringan, tasnya tergantung rapi di pundak. Udara pagi yang sejuk dan suara burung berkicau membuat suasana terasa menyenangkan.

Sesampainya di halte, ia berdiri sambil melihat-lihat sekitar. Beberapa orang lainnya juga sedang menunggu bus, termasuk beberapa siswa dari sekolah lain. Azkina mengeluarkan ponselnya untuk mengecek waktu, memastikan ia tidak terlambat.

Tak lama kemudian, bus yang ditunggu datang. Dengan hati-hati, Azkina naik ke dalam bus dan mencari tempat duduk kosong di dekat jendela. Ia meletakkan tasnya di pangkuan sambil menikmati pemandangan jalanan yang mulai ramai

Setelah duduk, ia meletakkan tasnya di pangkuan dan menyandarkan punggung. Pandangannya terarah ke luar jendela, menikmati pemandangan pagi hari yang mulai sibuk. Mobil dan motor berlalu-lalang, pedagang kaki lima mulai membuka lapak, dan matahari perlahan naik, memancarkan sinar hangat.

Bus berhenti di depan minimarket, dan seorang penumpang naik ke dalam. Azkina mengenal sosok itu Arbani, teman sekelasnya. Biasanya, Arbani pergi ke sekolah dengan motor, tapi pagi ini ia tampak membawa tas punggung sederhana dan memilih naik bus.

Arbani melihat ke sekeliling bus, mencari tempat duduk kosong, dan akhirnya pandangannya jatuh pada Azkina. Ia tersenyum kecil dan melangkah mendekat.

Eh, Azkina. Pagi," sapa Arbani sambil berdiri di sebelah tempat duduk Azkina, dengan senyum di wajahnya.

Namun, Azkina hanya melirik sekilas tanpa membalas sapaan itu. Ia langsung memasang earphone di telinganya dan memutar musik di ponselnya. Tangannya sibuk mengatur playlist, seolah tak mendengar atau sengaja mengabaikan Arbani.

"Boleh duduk sebelah lo nggak?" tanya Arbani, masih berdiri di dekat tempat duduk Azkina.

Azkina mendengar suara itu meski musik di telinganya cukup keras. Ia melirik lagi, kali ini sedikit lebih lama, lalu mengangguk singkat tanpa melepas earphone-nya. Dan sedikit menggeser tasnya agar arbani bisa duduk disebelahnya

Arbani tersenyum kecil dan duduk di kursi kosong di sampingnya. "Thanks," ucapnya pelan, meskipun Azkina tampaknya tetap tidak terlalu peduli.

"Lo lagi dengerin apa, Kin?" tanya Arbani dengan santai, berusaha mengurangi ketegangan yang terasa

Namun, Azkina tetap fokus pada musik dan pemandangan di luar jendela. Sikapnya menunjukkan bahwa ia memang sedang tidak ingin bicara, atau mungkin hanya ingin menikmati pagi dengan caranya sendiri.

Azkina bertanya kepada arbani kenapa dia naik bus
"Tumben naik bus?" Tanya azkina

Arbani terkejut mendengar pertanyaan Azkina setelah keheningan panjang. Ia sedikit ragu sebelum menjawab, "Ah, hari ini aku nggak bawa motor, jadi naik bus aja. Lagi malas nyetir."

Azkina melirik Arbani sejenak, lalu mengangguk singkat. "Oh, gitu," jawabnya dengan nada datar, masih dengan earphone di telinganya

Suasana kembali hening, namun sedikit lebih nyaman setelah percakapan singkat itu. Arbani kembali menunduk ke bukunya, sementara Azkina mencoba menikmati musiknya.

Azkina [On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang