Bab 12

172 116 5
                                    

~♡♡♡♡~

Mella yang tiba-tiba berhenti, menatap Azkina dengan mata yang mulai berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mella yang tiba-tiba berhenti, menatap Azkina dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Huaaa... huaaa..." isakan tangisnya mulai pecah, air mata jatuh perlahan di pipinya. ia tidak bisa lagi menahan perasaan yang begitu berat.

Azkina yang terkejut melihat perubahan mendadak pada Mella, segera mendekat dengan cemas. "Mella, kenapa? ada apa?" tanya Azkina dengan suara lembut, berusaha memahami perasaan temannya.

Mella menangis terisak, tak bisa mengungkapkan kata-kata. emosinya begitu campur aduk, mungkin ada hal yang membuatnya sangat tertekan atau khawatir, Azkina, dengan penuh perhatian, mencoba memberikan dukungan. "Mella, kamu ngga sendirian. Kita bisa hadapi ini bareng-bareng," katanya, mencoba menenangkan temannya.

Mella terdiam, mengangguk pelan, masih dengan air matanya mengalir

Azkina, yang ingin menenangkan Mella, segera menyodorkan ide yang ceria. "Abis kerjain tugas, kita beli es krim, biar lo nggak sedih lagi!" ucap Azkina dengan penuh semangat, mencoba memberikan sedikit kebahagiaan di tengah kesedihan Mella

Mella akhirnya tersenyum lebar, senang mendengar janji Azkina. "Asikk!!! beli es krim!" serunya, suasana hatinya langsung berubah ceria, tangisan yang tadi membasahi pipinya seolah hilang digantikan oleh kegembiraan.

Azkina merasa lega melihat temannya kembali ceria. "Yup! ayo, kita selesaikan tugasnya dulu, dan nanti es krimnya bakal lebih enak!" katanya dengan penuh semangat, sambil menarik tangan Mella untuk kembali fokus menyelesaikan pekerjaan mereka.

Davin yang keluar dari kamarnya terkejut melihat Mella dengan mata yang bengkak, bahwa ia baru saja menangis. "Nak Mella, kenapa? Matanya habis nangis?" tanya Davin dengan penuh perhatian, wajahnya tampak khawatir.

Mella yang masih terisak, mencoba menahan tangisnya, namun ia merasa canggung di hadapan ayah Azkina. "Ngga apa-apa, om Davin," jawab Mella, berusaha tersenyum meski suaranya masih berat

Davin menatap Mella dengan penuh perhatian, tak ingin Mella merasa sendirian dalam kesedihannya. "Yakin? kamu ngga kenapa-kenapa, nak?" tanya Davin dengan lembut, berusaha memberi ruang bagi Mella untuk berbicara jika ia ingin.

Azkina mencoba memberikan penjelasan dengan nada yang lebih ringan, berusaha mengalihkan perhatian Mella dari kesedihannya. "Barusan Kina cerita tentang film sedih yah," katanya dengan sedikit cemas, berharap bisa membuat Mella merasa lebih baik.

Mella yang masih terbawa perasaan, mencoba tersenyum meski sedikit terpaksa. "Iya, benar, Kin," jawabnya dengan suara lembut, berusaha menahan rasa malu. "Film itu emang bikin sedih banget."

Azkina menggenggam tangan Mella dengan penuh perhatian, berharap temannya segera merasa lebih baik. "Kita bisa nonton film yang lebih seru setelah ini, biar mood-nya berubah," tambah Azkina, berusaha mengembalikan semangat Mella.

Amanda keluar dari dapur dengan secangkir teh hangat, menghampiri Mella dan Azkina. "Mas ini teh hangatnya sudah jadi," ucap Amanda dengan senyum lembut, sambil meletakkan cangkir teh di dekat Mella.

Amanda terkejut melihat mata Mella yang bengkak, tanda bahwa ia baru saja menangis. "Loh, nak Mella, kenapa nangis apa yang terjadi dengan kamu nak? " tanyanya dengan khawatir, suaranya penuh perhatian. wajahnya tampak cemas, ikut merasakan kesedihan Mella.

Mella terdiam dengan pertanyaan ibunda ya azkina, berusaha menghapus air matanya, dan seolah kelihatan kaya biasa saja

Azkina [  Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang