Bab 26

99 58 2
                                    

Namun, Azkina tetap fokus pada musik dan pemandangan di luar jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, Azkina tetap fokus pada musik dan pemandangan di luar jendela. Sikapnya menunjukkan bahwa ia memang sedang tidak ingin bicara, atau mungkin hanya ingin menikmati pagi dengan caranya sendiri.

Azkina bertanya kepada arbani kenapa dia naik bus "Tumben naik bus?"

Arbani terkejut mendengar pertanyaan Azkina setelah keheningan panjang. Ia sedikit ragu sebelum menjawab, "Ah, hari ini aku nggak bawa motor, jadi naik bus aja. lagi malas nyetir."

Azkina melirik Arbani sejenak, lalu mengangguk singkat. "Oh, gitu," jawabnya dengan nada datar, masih dengan earphone di telinganya

Suasana kembali hening, namun sedikit lebih nyaman setelah percakapan singkat itu. Arbani kembali menunduk ke bukunya, sementara Azkina mencoba menikmati musiknya.

Merasa tidak ingin mengganggu lebih jauh, Arbani memutuskan untuk diam saja, membuka buku catatan dari tasnya dan mulai membaca. Suasana di antara mereka menjadi tenang, hanya diiringi oleh suara bus yang melaju di jalanan kota.

Arbani sesekali mencuri pandang ke arah Azkina, memperhatikan wajahnya yang tampak terfokus pada pemandangan luar jendela. Meskipun Azkina tidak berbicara, Arbani merasa ada sesuatu yang berbeda, mungkin ada perasaan yang disembunyikan di balik sikapnya yang terkesan tertutup.

Azkina menyadari Arbani yang terus mencuri pandang ke arahnya. Dengan ekspresi datar, ia memutar tubuhnya sedikit untuk menatap Arbani, mengangkat alis, dan berkata dengan nada datar, "Kenapa lo perhatiin gw terus?"

Arbani terkejut mendengar suara Azkina yang akhirnya memecah keheningan. Ia cepat-cepat menatap ke bawah, merasa sedikit canggung.

"Eh, ngga... engga apa-apa! cuma... ngga ada apa-apa. cuma lagi mikir aja." jawabnya Arbani ,mencoba untuk terlihat santai meskipun ada rasa gugup di dalam dirinya.

Azkina hanya mengangkat alis, menatap Arbani sejenak dengan tatapan tajam, tapi tak berkata apa-apa lagi. Suasana kembali tenang, dengan Arbani yang kini terlihat sedikit lebih hati-hati.

Setelah ditatap oleh Azkina, Arbani segera mengalihkan pandangannya ke buku catatannya, membuka halaman secara acak, suasana di dalam bus terasa sunyi, hanya terdengar suara deru mesin dan sesekali bunyi klakson dari kendaraan di luar.

Bus perlahan berhenti di halte berikutnya, suara rem yang berdecit dan pintu yang terbuka membangunkan suasana di dalam bus. Penumpang baru naik sambil mencari tempat duduk, sementara yang lainnya turun dengan tergesa-gesa.

Namun, di antara Azkina dan Arbani, keheningan tetap terasa. Azkina tetap duduk dengan earphone di telinganya, tatapannya sesekali melirik keluar jendela. Arbani, di sisi lain, pura-pura sibuk dengan bukunya, meskipun pikirannya masih bercampur antara rasa canggung dan penasaran.

Hingga akhirnya, Arbani mencoba mencairkan suasana. "Eh, dengerin lagu apa, sih?" tanyanya sambil melirik ke arah Azkina, berharap bisa membuka percakapan.

Azkina, yang masih memasang earphone, melirik Arbani sekilas tanpa ekspresi. Ia kemudian menjawab singkat, "Lagu favorit gue."

Arbani tersenyum tipis, mencoba mencairkan suasana. "Oh, yang gimana tuh? Siapa tahu gue juga suka."

Azkina melirik Arbani sekilas, lalu melepas sebelah earphone-nya. "Nggak yakin kamu bakal suka," jawabnya singkat, nada suaranya tetap datar.

Arbani tertawa kecil, mencoba tetap santai. "Eh, siapa tahu, kan? Gue tuh suka macem-macem, kok. Kasih tau aja."

Azkina menghela napas pelan, lalu akhirnya menunjukkan layar ponselnya yang memutar lagu dari band Korea favoritnya. "Ini, coba aja kalau penasaran."

Arbani menatap layar itu dengan antusias. "Wah, ini sih keren. gua pernah denger, tapi belum sempet dengerin serius nanti gua coba, deh."

Azkina hanya mengangguk kecil, lalu kembali memasang earphone-nya. Namun, kali ini ada sedikit perubahan suasana di antara mereka tak lagi terasa terlalu canggung. Arbani tersenyum puas karena setidaknya berhasil memulai percakapan kecil itu.

Azkina [  Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang