Bab 10

214 147 5
                                    

Azkina: "Gue nggak nyangka lo sebegitunya sama kucing, Mel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azkina: "Gue nggak nyangka lo sebegitunya sama kucing, Mel."

Mella, mencoba meredakan ketegangan. "Gue nggak tahu kenapa, tapi emang gue geli banget kalau ada kucing dekat-dekat gitu."

Azkina mengangguk dengan senyum. "Ya udah, kalau gitu gue janji, kalau ada kucing lagi, gue bakal jauh-jauh dari lo."

Mella tertawa, merasa lega dengan candaan Azkina. "Makasih, Kina. Gue cuma nggak bisa tahan aja kalau kucingnya tiba-tiba nyelip."

Amanda, yang mendengar percakapan mereka, ikut tersenyum. "Kucing itu emang suka banget tiba-tiba muncul di tempat yang nggak kita duga. Tapi, Mella, kalau udah terbiasa, pasti bisa kok."

"Molly udah masukin ke kandang?"Tanya Amanda,ibunya azkina

Percakapan itu berlanjut dengan tawa ringan, menciptakan suasana yang lebih hangat di meja makan. Azkina, Mella, dan Amanda terus menikmati waktu bersama, merasa semakin dekat satu sama lain.

Azkina mengangguk dengan senyum, merasa lega setelah memastikan Molly aman di dalam kandang. "Iya, Bun, Molly udah masukin ke kandang," jawab Azkina dengan suara ceria, lalu berjalan mendekat ke ibunya.

Amanda tersenyum, senang melihat Azkina sudah memastikan kucing peliharaannya dalam keadaan aman.

Amanda tersenyum lembut pada Azkina, merasa sedikit lebih tenang. "Bunda ke dapur dulu, piringnya mau dicuci," ucapnya sambil berjalan menuju dapur.

Azkina tetap ingin membantu, dengan penuh semangat ia berkata, "Biar Kina aja, Bun! Kina bisa kok bantuin," sambil berjalan mengikuti ibunya ke dapur

Azkina segera berdiri, berniat untuk membantu ibunya di dapur. Namun, Amanda yang sudah berjalan menuju dapur menolak dengan lembut, "Nggak usah, sayang. Bunda bisa sendiri, kamu istirahat aja dulu."

Amanda tersenyum dan sedikit terkekeh melihat Azkina yang ingin membantu. "Iya, iya, kalau kamu benar-benar mau bantu, boleh. Tapi jangan capek-capek ya," ucap Amanda, akhirnya setuju sambil mengelus kepala Azkina dengan lembut.

Azkina senang mendengarnya, dan segera membantu ibunya mencuci piring dengan penuh semangat.

Amanda, yang sedang di dapur sambil menyelesaikan pekerjaan, mendengar Mella yang mungkin masih merasa lapar. "Nak Mella, kalau kamu masih lapar, di meja ada kue," ucap Amanda dengan ramah, berharap Mella bisa makan sedikit lagi jika memang merasa lapar.

Mella mengangguk dengan senyum, merasa senang mendengar tawaran Amanda. "Iya, Tante," jawab Mella, sambil menuju ke meja untuk mengambil kue yang tersedia

Setelah mengambil kue, Mella kembali duduk dan melanjutkan obrolan ringan dengan Azkina. Mereka merasa nyaman dan dekat satu sama lain, menikmati kehangatan yang tercipta di rumah itu. Sambil berbicara, Mella tidak lagi merasa cemas, dan keceriaan kembali mengisi suasana.

"Enak banget, kue ini," ujar Mella dengan senyum lebar, mencicipi potongan kue yang baru saja diambilnya.

Amanda menoleh dengan senyuman hangat. "Senang kalian suka, Nak."

Mella menoleh ke arah Amanda, yang sedang menyelesaikan pekerjaannya di dapur. "Tante, beneran deh, kue ini enak banget. Terima kasih!"

Amanda tersenyum dan mengangguk, "Sama-sama, Nak Mella, kalo kamu mau lagi bawa aja ke rumah, nanti sama Tante kuenya di toplesin."

"Iya, Tante terima kasih! aku suka kue ini!" Mella dan Azkina tertawa ceria bersama, menikmati kehangatan dan keceriaan yang tercipta di rumah itu, tetapi sangat berbeda dengan rumah Mella, pada sibuk kerja orang tuanya, dan kehilangan sosok peran ayahnya

Azkina [  Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang