Bab 14 : Bertemu Lagi

83 14 5
                                    

Hari sudah gelap ketika Sakura kembali ke motelnya. Ia menaruh payung basahnya ke keranjang di samping pintu masuk. Saat ia melewati meja resepsionis, ia tak melihat siapa pun di sana.

"Entah Shizune ataupun Tsunade, kemana mereka pergi?" tanyanya dalam hati. Jujur saja agak terasa sepi bila tak mendengar sapaan ramah di balik meja resepsionis tiap kali ia datang atau meninggalkan motel.

Sakura menaiki tangga menuju kamarnya dalam diam. Yang terdengar hanyalah bunyi sol sepatunya yang berbenturan dengan lantai. Langkahnya terhenti di ujung tangga lantai kamarnya sebab seorang laki-laki tengah bersandar di samping pintu kamarnya. Kemeja putih dan celana bahan biru membuat lak-laki itu tampak mencolok.

'Deg'

Sakura hendak berbalik arah, tapi laki-laki itu telah lebih dulu menangkap basah dirinya. Mereka saling berpandangan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya mendekat dengan keberanian yang dipaksakan.

"Hai!" sapa Sasuke ketika Sakura berhenti satu meter di depannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Sakura mendongak menatap wajah Sasuke.

Sasuke tersenyum saat melihat rambut Sakura yang berantakan, "Hari yang melelahkan?" tanyanya perhatian.

"Uh, Ya," jawab Sakura gugup. Tatapan intens Sasuke membuat Sakura mengalihkan pandangan ke tembok di belakang laki-laki itu. "Sial! Mengapa suaraku menjadi seperti tikus yang terjepit."

"Menemuimu."

"Apa?" ucapan ambigu Sasuke berhasil membuat Sakura kembali memusatkan perhatian padanya.

Mata Sasuke berbinar geli kala melihat keterkejutan gadis itu, "Bukankah kamu bertanya apa yang ku lakukan di sini?"

"Ya," Sakura memegang tali tas selempangnya tak nyaman.

Sasuke tak sengaja melihat jari manis gadis itu yang kosong. "Kakek Madara jatuh sakit. Dokter bilang, umurnya tak lama lagi. Itu permintaan terakhirnya. Pertunangan kita. Maaf kalau hal itu terkesan memaksa dan membuatmu tak nyaman," sekali lagi ia menatap pada wajah Sakura yang tampak lelah.

"Oh," Sakura mulai sedikit memahami. Hatinya melunak. Ia mulai berpikir bahwa dulu Uchiha Madara pasti sangat mencintai neneknya.

"Bagaimana menurutmu?" Sasuke melemparkan pertanyaan. Haruno Sakura yang ada di depannya saat ini terlihat lebih tenang dari sebelumnya.

"Apa?" Sakura tak mengerti.

"Pertunangan kita," nada Sasuke melembut.

"Aku tak tahu," Sakura menunduk. Melihat sepatunya yang kotor karena terciprat genangan air.

"Bagaimana kalau menganggap ini sebagai awal pertemanan? Aku menghargai keinginanmu untuk memegang kendali penuh atas hidupmu. Aku berjanji tak akan merebutnya." Sasuke merasa tak ada salahnya untuk mencoba saling mengenal.

"Hm?" Sakura menatap onyx Sasuke. Tak ada niat buruk yang terpancar dari sana. Sakura mengendurkan bahunya yang tegang, "Maaf atas tindakan dan ucapan kasarku beberapa waktu lalu. Sebenarnya aku juga tak tahu harus berbuat apa. Aku tak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Mungkin aku terlalu defensif dalam melindungi privasi yang selalu kujunjung tinggi selama ini," suaranya mengecil, "Maaf karena telah mempermalukanmu di atas altar."

Sasuke terdiam. Ya, ia memang merasa dipermalukan saat itu. Namun, bukankah pernikahan yang dipaksakan cepat atau lambat pasti akan rusak juga. Pertunangan tak semengikat pernikahan itulah alasannya menyetujui hal ini. "Ya, aku mengerti."

"Ada suatu hal yang tak kupahami dalam situasi ini. Mengapa kau tak memilih Karin setelah mengetahui kebenarannya?" tanya Sakura penasaran.

Kening Sasuke mengerut, "Kurasa aku lebih menyukaimu daripada Karin." Ia tak bohong soal ini. Sejujurnya Sakura memang lebih baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmegakureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang