Langit malam dihiasi bintang-bintang yang tampak samar di antara lampu-lampu kota. Udara dingin berhembus lembut, membuat malam itu terasa nyaman. Wang Yi mengendarai motornya perlahan, membelah jalanan yang cukup lengang. Di belakangnya, Zhou Shiyu duduk dengan tangannya melingkari pinggang Wang Yi dengan erat. Sentuhan itu terasa begitu ringan, tetapi anehnya mampu membuat dada Wang Yi bergemuruh hebat.
Wang Yi mencoba menjaga fokusnya pada jalanan, tetapi perasaannya yang tidak menentu sulit untuk diabaikan. Ia bahkan bisa merasakan kehangatan dari pelukan Zhou Shiyu meskipun udara di sekitar mereka cukup dingin. Zhou Shiyu, yang sejak tadi diam, tiba-tiba membuka suara, memecah keheningan di antara mereka.
"Jadi kamu merasa bersalah padaku ya? Zhou Shiyu bertanya dengan nada menggoda, tetapi ada kehangatan dalam suaranya yang tak bisa diabaikan.
Wang Yi meneguk ludah, tidak langsung menjawab. Kata-kata itu menembus tepat ke hatinya. Ia tahu bahwa Zhou Shiyu benar, dan rasa bersalah itu memang masih menghantuinya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berkata, dengan suara yang agak pelan tetapi terdengar tulus,
"Ya... aku nggak mau kau sedih karena itu."Zhou Shiyu tersenyum di balik helmnya, meski Wang Yi tidak bisa melihatnya.
"Oyoo... tentu saja aku sempat sedih," Zhou Shiyu mengakui dengan nada yang ringan. "Tapi sekarang aku senang. Jadi, jangan merasa bersalah lagi, oke?"Wang Yi tersenyum tipis di balik helmnya, tetapi ia tidak menjawab. Kata-kata Zhou Shiyu cukup untuk membuatnya merasa lega. Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan, hanya ditemani suara mesin motor dan angin malam yang berhembus lembut.
Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah kafe kecil yang sederhana tetapi terlihat elegan. Bangunan itu bercat putih dengan aksen kayu berwarna cokelat, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Lampu gantung di teras memberikan cahaya kuning keemasan yang membuat tempat itu terlihat begitu ramah.
Wang Yi memarkir motornya, dan Zhou Shiyu turun dengan perlahan dari motornya. Gadis itu menunggu Wang Yi melepas helmnya sebelum berjalan masuk bersamanya. Mereka memilih tempat duduk di sudut ruangan, sebuah meja kecil di dekat jendela. Dari sana, mereka bisa melihat jalanan yang sepi, dengan beberapa pejalan kaki yang sesekali melintas.
Zhou Shiyu membuka buku catatannya, sementara Wang Yi hanya memperhatikan tanpa banyak bicara. Ketika pesanan mereka tiba, secangkir latte untuk Wang Yi dan secangkir cokelat panas untuk Zhou Shiyu. Zhou Shiyu mulai menjelaskan materi yang sudah ia siapkan.
"Baiklah, jadi kita mulai dari sini," kata Zhou Shiyu sambil menuliskan sesuatu di buku catatan. "Ini hukum Newton. Kamu pasti tahu ini, kan?"
Wang Yi mengangguk pelan, meski sebenarnya ia tidak yakin. Zhou Shiyu menatapnya sejenak sebelum tersenyum kecil. "Aku akan jelaskan pelan-pelan. Jadi, hukum pertama Newton itu kalau suatu benda diam, dia akan tetap diam, kecuali ada gaya yang bekerja padanya. Begitu juga kalau dia bergerak."
Zhou Shiyu berbicara dengan semangat, matanya berbinar-binar setiap kali ia mencoba menjelaskan sesuatu. Tapi Wang Yi, yang seharusnya mendengarkan, malah memperhatikan hal lain. Ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari wajah Zhou Shiyu. Mata gadis itu yang penuh semangat, bibirnya yang melengkung saat tersenyum, bahkan caranya menyelipkan rambut ke belakang telinga, semuanya membuat Wang Yi terpaku.
Ada sesuatu yang terasa begitu akrab dan hangat dari Zhou Shiyu. Perasaan ini benar-benar aneh. Wang Yi selalu merasa seolah-olah ia pernah dekat dengan gadis ini sebelumnya, tetapi ia tidak tahu kapan atau di mana.
Lamunan Wang Yi buyar ketika Zhou Shiyu melambaikan tangan di depan wajahnya.
"Wang Yi? Kamu dengar aku ngomong nggak?" tanya Zhou Shiyu, suaranya terdengar geli tetapi tidak marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows Of The Past | SQHY | Wang Yi x Zhou Shiyu SNH48
Teen FictionTiga tahun lalu, Zhou Shiyu kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya, Wang Yi, yang meninggal dalam kecelakaan tragis tepat di depan matanya. Kehilangan itu membuat Zhou Shiyu trauma hingga ia harus meninggalkan sekolah. Kini, setelah pindah k...