Haruna Sakurai, Haru. Seorang gadis berdarah Korea-Jepang yang bermimpi akan kehidupan yang lebih baik saat dirinya diterima bekerja di sebuah perusahaan bernama Group M. Dan mimpinya nyaris terwujud lima tahun kemudian begitu namanya masuk dalam ka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi Haruna, apa kau mau menjadi pacarku?"
Hening.
Haru terdiam dengan mata yang terbelalak kaget, sementara Mathias masih menatapnya lekat beserta sebelah tangan pria itu yang masih merangkul pinggangnya.
Tunggu...
Mengapa jadi begini?
Hal ini sama sekali tidak ada dalam bayangan Haru, bukan, bahkan wanita itu tidak berani membayangkannya. Sebab dia tahu diri dan tentu saja tidak pantas. Untuk hal-hal seperti ini, hal-hal seperti kebahagiaan dan cinta.
Jadi pelan, Haru mendorong dada Mathias menjauh untuk kemudian keduanya berdiri saling berhadap-hadapan.
"Haru-"
"Anda pasti lelah karena habis perjalanan bisnis, jadi silakan istirahat. Saya permisi."
Membungkuk, Haru pamit lalu setengah berlari meninggalkan Mathias yang terdiam.
Tunggu...
Apa maksud nya?
Apa ini berarti dia...
"Anda ditolak."
"Aish, kamjagiya! Ish."
Saat berbalik, entah sejak kapan Woohyun sudah ada di hadapan Mathias yang membuat pria itu memekik kaget lalu berdehem kaku.
"Jangan asal menyimpulkan, dia bahkan tidak mengatakan apa-apa."
"Itu sama saja dengan anda ditolak."
"Hei! Kau ini-"
"Selamat beristirahat, presdir."
Lagi, Mathias ditinggalkan sendirian dengan benak yang kembali bertanya-tanya.
Apa maksud nya?
Sementara itu sebelumnya...
Hanbyul baru saja pulang dari kantor saat ia mendapati Mijin, di kamar mereka, tengah sibuk mengeluarkan beberapa koleksi pakaiannya dari dalam lemari. Wanita paruh baya yang tetap terlihat cantik dan anggun diusianya yang sudah tidak muda lagi itu berlari-lari kecil dari walk in closet menuju ranjang, menaruh beberapa pakaian yang ia rasa kurang cocok lalu kembali lagi mengambil yang lain. Membuat Hanbyul diam-diam terkekeh dan memilih menyandarkan punggungnya ke tembok sambil memerhatikan istrinya itu.
