Teriknya mentari telah digantikan oleh sinar rembulan yang menggantung di langit bertabur bintang di atas sana.
Dengan setia Rora memegang ponsel milik Asa tanpa membuka apa-apa hanya untuk menunggu panggilan masuk dari Sang Bunda.
Mata kecilnya sesekali juga mengarah ke arah pintu besi yang tertutup berharap agar Paritha dapat datang dengan segera.
Ia sudah sangat rindu mendengar suara Paritha karena seharian ini Sang Bunda tidak bisa dihubungi.
Apalagi harum tubuh Paritha juga pelukan hangatnya, Bayi Rora sudah sangat-sangat menginginkan kehadiran Sang Bunda di sisinya.
Tunggu punya tunggu sosok yang diharapkan kehadirannya tidak juga kunjung datang.
Namun Rora masih dengan setia duduk di tempatnya meski dengan mata yang sudah terkantuk-kantuk.
"Adek, yuk bobok. Nanti kalau Bunda udah datang, Mama bakalan bangunin deh. Janji!" Bujuk Asa merasa kasihan.
Namun bayi mungil itu tetap pada pendiriannya, "No~ No~"
Ruka sudah menyuruh Ahyeon dan dua gadis termuda lain untuk segera pulang sebelum malam tiba. Sehingga hanya tinggal mereka bertiga saja yang ada disini.
Jarum jam sudah hampir kembali menyentuh tengah malam. Sedari tadi tiada hentinya Ruka merutuki sikap Paritha yang kembali mengingkari janji pada anaknya, di dalam hati.
Waktu tidur Rora bahkan sudah lama berlalu, namun ia benar-benar masih berharap akan kedatangan Sang Bunda meski Asa dan Ruka sudah yakin jika Paritha akan melewatkannya lagi.
Tanpa di duga, dering ponsel berhasil mengisi kesunyian ruang rawat Rora. Mengakibatkan gadis mungil tersebut terlonjak kaget tetapi tetap dengan semangat berdiri hendak memastikan bahwa yang menghubungi adalah Bunda-nya.
"Ini Bunda."
"Nda~"
Asa menekan tombol berlogo kamera tersebut untuk memulai panggilan video mereka.
"Halo sayangnya, Bunda?"
"Nda~" Pandangan Rora berpindah-pindah pada ponsel juga pintu masuk. 'Dimana Bundanya? Kenapa ada di dalam sana?'
"Kenapa, Adek?"
"Nda, na~?" Tanyanya dengan raut bingung, beralih pada Asa meminta penjelasan, "Bunda mana, katanya? Kakak aja yang jawab sendiri, aku gak mau bohongin dia."
"Maaf ya sayang, Bunda gak bisa dateng lagi hari ini. Bunda ada acara disini. Lihat baju Bunda." Paritha mengarahkan kameranya menjadi arah belakang tepatnya pada cermin yang menampilkan Paritha sedang mengenakan dres putih panjang.
"Bok~ yuk~" Wajah Rora menampilkan raut sendu. Ternyata malam ini ia belum bisa bertemu langsung dengan Sang Bunda.
"Apa katanya, Sa?"
"Bobok, peluk. Adek daritadi nungguin Kakak biar bisa tidur bareng sambil peluk di pok-pok."
Wajah Paritha terlihat cemas, terselip juga perasaan bersalah disana, "Besok ya, baby. Bunda jan—"
"Stop, Ri! Jangan janji-janji kalau kamu gak bisa nepatin itu. Kasihan Rora, jangan kasih dia ketidakpastian kayak gitu." Itu suara Ruka. Dirinya terlampau kesal pada sang sepupu yang terus mengingkari janjinya, "Aku tau kamu sekarang lagi pulang kan? Mau ngebahas pertunangan kalian dengan Jay. Tapi, tolong. Jangan lupain Rora, sekarang dia juga bagian dari kamu Paritha. Jangan kamu lepas gitu aja. Dia udah percaya banget sama kamu. Kamu Bunda-nya, orang yang paling dia sayang. Jangan buat dia sedih dengan kelakuan dan janji-janji busuk kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby
Fanfiction"𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐬𝐞𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡, 𝐤𝐚𝐧?" - Start : November 15, 2024 End : -