Paritha belum juga kembali hingga malam menjemput.
Mobilnya masih terus berkelana di sepanjang aspal hitam dengan lampu-lampu tinggi yang menyinari jalanan.
Tatapannya lurus ke depan tapi dengan pikiran yang melayang pada wajah sendu Rora saat ia tinggalkan tadi.
Lingkupan kata sesal terus mengitari otak dan pikirannya.
Paritha merasa bodoh karena telah berani mengucapkan kalimat jahat itu.
"Kalau tau kayak gini ujungnya, nyesal aku jadiin Rora sebagai anakku."
Hanya tangis yang kini mampu Paritha utarakan sebagai ungkapan hati.
Rora itu bayi yang pintar, dia juga cerdas. Mungkin saja jika ia mendengar ucapan Paritha, dia dapat mengerti, bayi mungil tersebut dapat merasa sakit yang teramat dalam pada hatinya.
Kristal bening terus mengucur deras dari pelupuk mata indah tersebut. Bahkan karena derasnya tangisan yang terjadi menyebabkan penglihatannya mengabur.
Hingga...
Tit!
Tit!
Suara nyaring klakson mobil yang beradu panjang memecah keramaian malam jalanan kota.
Banyak pasang mata seketika mengerubungi kedua buah kendaraan yang hampir saja saling bertabrakan.
Nafas Paritha terengah, wajahnya terhantam airbag yang spontan terbuka ketika bodi mobil berhenti mendadak.
Jantungnya berpacu begitu cepat seakan ingin meledak. Juga bahu yang naik-turun merasa terkejut dengan sesuatu yang hampir saja terjadi padanya.
Tubuh Paritha diam membeku. Ia syok sehingga tidak mampu untuk bergerak ataupun mengeluarkan sedikit kata.
Seseorang dari balik sana berusaha menyadarkan Paritha. Jendela digedor cukup kencang, hingga pada ketukan yang kelima barulah Paritha dapat tersadar.
Cklek!
Kunci otomatis mobil terbuka. Tiba-tiba tubuhnya disambut hangat dengan dekapan erat dari sosok yang tadi.
Paritha tidak menolak. Karena ia tau, kalau saat ini ia pun benar-benar membutuhkan bantuan meski hanya pelukan hangat yang singkat.
"Kamu baik-baik aja, Mbak. Mana yang sakit? Kasih tau saya!" Paritha menggeleng. Perlahan tapi pasti, matanya ikut saling mengunci tatapan yang diajukan oleh sang pemuda.
"Yeonjun?" Bisik Paritha lirih sebelum pada akhirnya ia kehilangan kesadaran.
Yeonjun yang panik pun segera menggendong Paritha ala bridal-style.
Dengan menggunakan mobil miliknya ia membawa Paritha ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya disana Paritha langsung ditangani oleh para petugas medis yang bertugas.
Sedangkan Yeonjun memilih untuk menunggu di luar, meski ia sendiri pun aslinya ingin melihat keadaan Paritha di dalam sana.
Selagi berdiam diri, Yeonjun merasa ia harus menghubungi kerabat Paritha. Namun sayang, ia tidak memiliki nomornya ataupun alat komunikasi sang gadis ia tidak tau dimana keberadaannya.
"Bang Yeonjun!" Panggil seseorang yang berhasil membuat tubuh Yeonjun tersentak.
Ia melihat dari kejauhan seorang temannya sedang berlari sembari melambaikan tangan.
—Bukan, bukan melambaikan tangan. Melainkan menunjukkan sebuah ponsel yang ia bawa.
"Bang, ini ponsel cewek yang lo bawa tadi." Ujar temannya sembari terengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐁𝐚𝐛𝐲
Fanfic"𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐬𝐞𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡, 𝐤𝐚𝐧?" - Start : November 15, 2024 End : -