"Rora sakit tipes, Ri. Bukan demam biasa."
Tubuh Paritha membeku mendengar kenyataan mengenai pasal mengapa Rora berada di rumah sakit.
Ia pikir kemarin itu hanya karena demam biasa, namun ia salah. Ini lebih dari itu.
"Kenapa Kakak gak bilang sama aku?" Tanya Paritha dengan sorotnya yang menajam.
Ruka tidak terima dengan kalimat Paritha yang seakan adanya terselip nada tuduhan.
Seketika ia bangkit dari duduknya dan memandang Paritha tidak kalah tajam, "Seharusnya lo yang tau sendiri, Ri. Lo dateng ke rumah sakit, dengerin penjelasan Dokter, dan temenin Rora disana. Bukan malah pergi kencan sama Jay!"
"Jay itu pacar aku, Kak. Dan kemarin itu pertama kali kami ketemu setelah lama dia pergi ke luar negeri!" Bentak Paritha.
Suasana kian memanas, "RORA ITU ANAK LO! ANAK KESAYANGAN LO!", kesal Ruka sembari mengarahkan telunjuknya tepat di hadapan sang adik.
Paritha menggeram marah, ia menepis kuat lengan Ruka, "Kalau tau kayak gini ujungnya, nyesal aku jadiin Rora sebagai anakku."
"PARITHA! MULUT LO DIJAGA! TARIK GAK!" Teriak yang lebih tua, penuh amarah.
Tangannya melayang, sudah siap melayangkan tamparan pada pipi sang sepupu.
"Nda~?" Rora datang, wajahnya muncul di ambang pintu dengan senyum lebar.
Ia berdiri. Gadis kecil itu bukan lagi merangkak, melainkan sudah berjalan menggunakan kakinya sendiri.
Langkah-langkah canggungnya terlihat begitu lucu, sangat menggemaskan. Tapi sekarang sepertinya bukan saat yang tepat.
Paritha melengos keluar. Entah sadar atau tidak, tubuhnya tanpa sengaja menubruk badan mungil Dain mengakibatkan gadis kecil itu jatuh terduduk.
"PARITHA!"
"Nda~" Panggil Rora sendu. Bibirnya manyun juga mata yang berkaca-kaca mengiringi kepergian Sang Bunda dari hadapan.
Tergesa Ruka menghampiri sang ponakan, meraih tubuh itu ke dalam dekapan. Elusan hangat pada punggung Ruka beri guna menetralisir rasa sedih yang hinggap pada diri si bocah.
"Nda~"
Si gadis bermata sipit memilih membawa Rora dalam gendongannya dan segera mengikuti langkah Paritha yang mungkin saja juga menuju lantai bawah.
"Mana Ritha?"
Keempat orang yang sudah lebih dulu berdiam diri disana sama-sama menggidikkan bahu mereka, "Gak tau. Takut nanya-nya. Muka Kak Riri tadi serem banget."
Kemudian Rami kembali melanjutkan kalimatnya, "Kalian bertengkar ya?"
Hanya helaan nafas yang dapat Ruka berikan sebagai jawaban. Untung saja mereka paham dan memutuskan untuk tidak kembali bertanya.
"Roro, sini sama Kak Rami. Kakak punya nyam-nyam yang enak loh, mau gak?" Goda Rami sembari mengacungkan donat bertabur meses miliknya.
Rami memberontak dalam pelukan Ruka, "Rami, gak boleh dulu. Tunggu setahun lebih baru bisa."
Asa dengan cepat berlari menuju dapur, "Adek nyam ini aja." Seru Asa yang ternyata sudah membawa sebungkus biskuit bayi milik Rora.
Rora mengangguk semangat, ia pun di dudukkan oleh Ruka di atas pangkuan Canny. Karena jika bersama Rami, yang ada kedua manusia berbeda umur tersebut akan berkelahi dengan Rami yang selalu menggoda Rora yang sedang asik memakan cemilannya.
Melihat perhatian Rora berhasil teralihkan, Ruka merasa lega dan itu semua ditangkap dengan jelas oleh netra milik Asa, "Kenapa Kak?"
Ia memejamkan matanya, berat hati ingin menjawab namun ia berpikir setidaknya Asa harus tau mengenai apa yang sedang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby
Fanfiction"𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐬𝐞𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡, 𝐤𝐚𝐧?" - Start : November 15, 2024 End : -