Bab 13. Tenggelam dalam kelam

21 1 0
                                    

Pagi itu Matahari mulai muncul dari balik awan putih yang tersisa dari hujan deras tadi malam. udara terasa sangat segar, rumput di halaman rumah masih basah. Tetesan air hujan yang tersisa di ujung daun jatuh perlahan menciptakan irama lembut yang menyatu dengan kicauan burung.
Sementara itu, di teras rumah, Ibu Yanti menyeduh teh hangat. Ia memandang taman rumahnya yang tampak lebih hijau setelah diguyur hujan tadi malam. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan kedamaian pagi itu. Senyumnya mengembang, mengingat kejadian semalam. Lalu ia berjalan menuju dapur, dan mempersiapkan sarapan untuk putra tercintanya. Setelah selesai, ia masuk ke kamar Adit, sambil tersenyum, Ia memandangi dan membelai Adit yang masih tertidur pulas. Tak lama kemudian Adit mulai terbangun dan membuka matanya perlahan, di hadapannya terlihat Ibunya yang sedang tersenyum sambil membelai kepalanya, lalu ia berkata dengan lembut: "Selamat pagi sayang". Adit membalasnya dengan tersenyum, lalu Ibu Yanti mengajaknya untuk sarapan di meja makan. mereka pun sarapan bersama-sama.
Pagi itu keduanya terasa agak berbunga-bunga mengingat kejadian semalam, lalu Ibu Yanti menggodanya dengan berkata: "bagaimana rasanya tadi malam?"  Adit pun tersenyum sambil tersipu malu. Lalu Adit bertanya, "Kapan kita ke Psikiater?". Ibunya menjawab: "Mama masih harus cari-cari dulu Psikiater yang profesional, yang tidak menghakimi kita. biar Mama tanya-tanya dulu ke kenalan Mama, setelah dapat, baru kita bikin janji. mungkin Minggu depan kita sudah dapat psikiater yang bagus".
"Oh..ok" jawab Adit, kemudian Adit kembali bertanya: "Mama, bagaimana dengan Tante Eva dan Tante Erna? maksudku, apakah hubungan Mama dengan mereka akan baik-baik saja? karena bagaimana pun mereka adalah teman Mama dari dulu, bahkan sebelum Adit ada". Ibu Yanti menjawab: "Mama punya rencana untuk itu, nanti juga kamu tahu sendiri apa rencana Mama. Sudahlah, kita jangan dulu memikirkan mereka" Lalu dengan nada menggoda sembari memainkan rambutnya, Ibu Yanti berkata: "Jadi..selama kita belum mendapatkan psikiater, apa kita bisa.."
"bisa apa ma.." Sambung Adit.
"bisa..seperti tadi malam.." kata Ibunya.
Adit pun tersenyum sambil mengangguk, kemudian mereka bercinta pagi itu. layaknya seperti pasangan suami istri yang baru menikah, mereka 'melakukan' itu setiap saat.

Ibuku cinta pertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang