Terbongkar

611 64 3
                                    

Pagi menerpa, cahaya telah memasuki celah jendela kamar yang berisi pasangan suami istri tersebut. Arsya yang semalam berniat untuk menemani istrinya telah berhasil menemaninya hingga pagi datang. Kini mereka masih terpejam dengan posisi yang saling berhadapan, tangan Arsya melingkar di atas perut Aruna dan hembusan nafas mereka saling bersahutan.

Aruna membuka mata nya Ia terbangun dari tidur nyenyak nya. Rasanya semalaman Aruna tidak terbangun sama sekali, Aruna seperti merasakan kenyamanan di tidurnya. Aruna begitu terkejut saat di hadapannya menampakkan Arsya suami nya. Ingin marah dan mendorong suami nya agar menjauh namun tatapannya terpaku pada wajah polos yang sedang tertidur di hadapannya. Aruna bingung mengapa Arsya tidur di kamar nya. Aruna mengangkat tangan Arsya dengan pelan dari perut nya lalu berbalik membelakangi suami nya.

Karena pergerakan Aruna, Arsya terbangun mata nya terbuka dan langsung menatap punggung Aruna. Ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi dengan segera Arsya bangkit dari tidur nya. Sebelum nya, tangan Arsya terulur mengelus kepala Aruna yang Ia pikir masih terlelap dalam tidur nya.

"Gue harus kerja, nanti kita bicara Aruna." Ucap Arsya lirih dan mengecup pelipis Aruna. Setelahnya Arsya bangkit dan pergi keluar dari kamar Aruna.

Aruna hanya menatap kepergian Arsya dari kamar nya. Seketika air mata nya luruh mengingat kejadian semalam. Pipi nya masih terasa panas karena tamparan yang Arsya berikan. Sakit sangat sakit bukan hanya di pipi namun hati nya pun sangat sakit.

"Kenapa harus gue yaallah." Lirih Aruna dengan air mata yang menetes.

"Sakit sya sakit." Tangisannya tidak mampu Ia tahan lagi.

Tidak ada niat Aruna untuk bangkit dari tidur nya. Aruna yang kini sudah resmi resign dari kerja nya hingga Ia memilih untuk menenangkan diri nya di kamar.

***

Setelah bersiap dengan pakaian kerja nya Arsya menuruni anak tangga dan menghampiri bi Siti yang berada di dapur.

"Bi saya titip Aruna yah bi. Tolong liatin lagi luka nya dan tolong kompres pipi nya yang merah yah bi. Dan bawain dia sarapan ke atas." Pinta Arsya pada bi Siti.

"Baik den nanti bibi ke atas. Den Arsya tenang aja."

"Makasih bi saya berangkat dulu."

Bi Siti dengan segera menyiapkan sarapan untuk Aruna Ia membawa nya di nampan dan juga Ia siapkan air kompresan sesuai dengan permintaan Arsya. Setelah siap bi Siti pergi menaiki tangga menuju kamar Aruna.

"Non ini bi Siti, bibi izin masuk yah."

"Masuk bi." Sahut Aruna di dalam kamar.

Bi Siti memasuki kamar Aruna dengan membawa nampan yang berisi makanan dan juga air kompresan.

"Sarapan dulu non bibi udah masakin SOP ceker." Ucap bi Siti memberikan satu piring kepada Aruna.

"Makasih bi."

"Bibi bantu kompres pipi nya yah non." Aruna mengangguk menyetujui tawaran bi Siti sambil memakan sarapannya.

"Non kalau ada apa-apa non boleh cerita ko sama bibi. Tapi non jangan tinggalin den Arsya yah non bibi gak tega kalau den Arsya harus kesepian lagi."

"Hidup den Arsya dari kecil udah kesepian non di tambah sekarang pak Bimo udah gak ada. Jadi sekarang den Arsya hanya punya non istri nya." Ucap bi Siti sembari mengompres pipi Aruna.

"Tapi Arsya nampar aku tadi malam bi dia lebih membela Bella di banding aku bahkan dia ga denger penjelasan aku bi dia langsung nuduh aku dan nampar aku bi." Jelas Aruna menghentikan makannya.

Arsya & ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang