Bagian Sembilan - Saling Terbuka

6 2 0
                                    

Kursi kebesarannya berputar pelan. Naik-turun dari lima lantai bergantian karena lift sialan ini mendadak rusak bukanlah sebuah pekerjaan. Ini pembunuhan. Mengapa tugas dari seorang Danudirja tak pernah bersifat lebih manusiawi? Hana masih saja mengatur napas tak beraturan setelah terduduk di atas kursinya tiga menit lalu. Saat itulah ruangan kerjanya yang kecil dan bertempat tepat disamping ruang Danudirja diketuk.

Hana bergegas berdiri. Danudirja mengetuk sekat kacanya keras lalu menggerakkan satu telunjuknya mengisyaratkan dirinya untuk datang sementara pria itu kembali masuk dalam ruang kerjanya. Hana menghela napas. Mungkin ia menyerah saja dan menerima saran Nyonya Bulan agar Danudirja bisa meringankan bebannya. Di dalam sana, Danudirja terduduk dengan penampilannya yang hanya bertumpu pada kemeja putih kusut yang telah kehilangan dasinya.

"Kapan kunjunganku ke gedung baru Bahamas? Kapan waktu yang mereka katakan untuk menyelesaikan cabang yang baru itu?"

"Jam dua siang nanti. Prediksi mereka, mungkin akan selesai sepuluh bulan ke depan."

Danudirja mengangguk. "Kalau begitu, mulai sekarang, kita harus mulai mencari beberapa pengontrak iklan, perusahaan periklanan yang kinerjanya bagus selama beberapa tahun ini. Cari beberapa dari mereka yang sudah banyak pengalaman. Seleksi seperti biasa. Tak boleh ada kesalahan. Pemasangan layar iklan di gedung baru Bahamas akan jadi yang terbesar di negara ini."

"Baik, Pak." Hana sedikit memajukan tubuhnya ketika akhirnya Danudirja diam. "Apa anda butuh kopi?"

"Ya, tolong. Terima kasih. Lalu, mulai hari ini kosongkan seluruh jadwalku yang teratur pada malam hari. Apapun. Pindahkan secara berurutan jadwal-jadwal malam itu menjadi pagi, hingga sore."

"Termasuk jadwal makan malam anda setiap Sabtu di kediaman Samudera?"

"Ya, hilangkan yang itu. Katakan bahwa aku hanya akan datang berkunjung sesekali."

"Baik."

Apa ini artinya ia tak perlu bekerja sampai malam dan menunggu Danudirja selesai?

HAHAHAHA.... ada apa gerangan? Mengapa hari-hari menyebalkan di Bahamas mendadak tergantikan dengan kejadian-kejadian baik akhir-akhir ini?

Hana berniat berbalik ketika Danudirja kembali bersuara. Ucapan yang dengan segera membuat tubuhnya berhenti.

"Bulan sedang mengandung." Danudirja kembali menatapnya. Ketika selesai mengucapkan kalimatnya, ia menurunkan pandangannya. Menarik seutas senyum tipis dan kembali menunjukkan raut serius saat akhirnya kembali mengangkat kepalanya.

"Bisa kau atur waktu makan siangku sedikit lebih lama bagaimanapun itu? Dan reservasi restoran Manhattan di hari Jumat ini."

Nyonya Bulan, lagi-lagi kau menyelematkanku. Terima kasih... Hana begitu ingin menerbangkan kertas-kertas dan seluruh dokumen di ruangannya untuk merayakan kebebasannya itu.

"Baik, dimengerti." Hana meninggalkan ruangan Danudirja setelah sepatah dua kata ucapan selamat.

Bagaimanapun, sekeras apapun watak Danudirja, ia selalu menjadi penurut dan luluh pada Bulan. Danudirja hanya tak pernah berhenti untuk terus menjadi suami dan ayah yang mengagumkan. Hana memujinya untuk hal itu.

*****

Kedai Nona Emi sedikit berbeda hari ini. Pintu mereka tak terbuka lebih lebar, papan hijau yang biasa bertuliskan menu dan diletakkan diluar itu bahkan masih tersimpan dalam celah dalam pintu. Meskipun harus tinggal lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan di Bahamas lebih banyak dari biasanya, suasana hati Hana masih baik. Ia hanya terkejut sejenak ketika jam yang berdenting dalam ruangannya telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun, pada jam-jam malam seperti itu juga Kedai Nona Emi tak akan pernah tutup secepat ini.

Kedai Nona EmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang