|| 16

536 119 4
                                    

Selamat Membaca!
.
.
.
.
.

Keduanya larut dalam ciuman yang penuh kenikmatan. Saat terlalu asik dengan dunia mereka, pintu ruangan terbuka...

"E-eh... La-lanjutin aja..." ucap Daniel yang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia tersenyum kikuk pada dua orang yang sedang saling berciuman.

Shani melepas ciumannya lalu menatap tiga orang diantaranya ada dua orang asing yang belum pernah ia kenal sebelumnya. "Masuk aja.."

"Kita keluar-... Udah gak papa, sana kalian duduk di sofa." Belum sempat Roland menyelesaikan kalimatnya, Evan lebih dulu menyela.

Akhirnya mau tidak mau mereka duduk, meski ada perasaan tidak enak menyelimuti hati mereka. Tak berselang lama ada tiga orang masuk dan bergabung dengan yang lain.

"Ekhemm.. Udah kali ciumannya, masih ada kita loh disini.." seru Florean.

"Mmm.. Sorry sorry bayi besar gua lagi manja," jawab Evan, setelah ciuman keduanya terlepas.

Shani langsung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher suaminya. Tangannya mengusap jakun Evan yang bergerak naik turun. Bibirnya melengkung ke atas, tersenyum senang dapat mainan baru.

Evan menatap ke-enam sahabatnya, "Btw, Salsa nggak ikut kumpul?"

"Aawsshh sayang kok aku dicubit sih.." ringis Evan perutnya dicubit.

"Ngapain nanyain cewe lain?" tanya Shani menatap Evan dengan tajam.

"Tenang dulu, Salsa itu sahabat kita ber-enam. Kalo nggak percaya tanya deh sama mereka.." jelas Evan sambil menangkup pipi istrinya.

"Lo nggak perlu khawatir Shan, Salsa itu satu-satunya cewe di persahabatan kita. Lagi pula dia udah punya suami.." ucap Roland menimpali agar tidak ada kesalahan pahaman. Shani hanya mengangguk lalu mencari posisi ternyaman didada bidang suaminya.

"Mereka udah di jalan sih, mungkin bentar lagi nyampe.." ujar Daniel memberitahu.

"Eh kembar diem-diem bae dari tadi," seru Evan memperhatikan si kembar yang anteng gak kayak biasanya.

"Mang ngapa sii.." balasnya kompak.

"Btw, selamat ya buat kalian berdua. Maaf kita gak bisa hadir di hari spesial kalian. Doa dari kita semoga langgeng dunia akhirat. Cepat-cepat dah tuh dikasih momongan," ucap Daniel mewakili yang lain, kecuali Roland yang memang hadir.

"Aamiin, makasih doanya. Ndah udah belum?" tanya Evan menaik turunkan alisnya.

"Alhamdulillah baru 2 minggu.." balas Indah tersenyum malu.

"Alhamdulillah.." ucap mereka bersamaan, termasuk Shani juga.

"Oh ya bang, gue ada suatu tawaran menarik nih dari salah satu klien kita.." ucap Tian atau biasa orang terdekatnya memanggilnya Toya.

"Sebentar Toy... Kenapa sayang..?" tanyanya pada Shani yang berbicara lewat mata.

Evan mendekat dan berbisik sangat pelan. "Kamu diem aja, biar aku yang gerak.." Shani mengangguk lalu membenarkan dasi Evan yang berantakan karena ulahnya.

"Kenapa?"

"Gakpapa.. Biasa minta diperhatiin.." ucapnya sambil terkekeh. "Sebelum bahas tawaran, gua mau bahas sesuatu dulu sana kalian," lanjutnya.

"Apaan?"

"Gue sama Shani mau buka restoran.."

"Nah pas banget," sahut Zoya alis Zean.

"Jadi, kemarin tuh kita gak sengaja bertabrakan sama orang yang sedang cari tempat strategis di daerah sini. Siapa sih yang gak kenal sama kita berdua (mereka yang mendengar memutar bola matanya malas) terus dia nawarin kerja sama buat bikin restoran. Dia mau biayain buat pembangunan tempatnya sekaligus interior didalamnya terus urusan resep dan jenis makanannya dari kita. Gimana menurut abang dan kakak?" ucap Toya menjelaskan pertemuan singkat mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duda dan Keempat IstrinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang