Author POV
Adakalanya menangis tidak dapat membuatmu merasa lebih tenang dengan semua masalah yang datang menimpamu. Merasa lelah mencari solusi yang tepat dari masalah yang selalu datang tanpa permisi. Disinilah Elvita Kissya Amo menenangkan pikirannya sembari menatap indahnya sunset dari pinggir pantai. Hanya disini dia bisa menjadi dirinya sendiri dan melepas topeng yang selalu menempel pada wajahnya. Kissya adalah nama panggilan untuknya dan tidak banyak orang yang tau nama panggilan ini selain orang-orang terdekatnya saja. Kissya tau dia tak bisa selamanya lari dari masalah ini, namun dia juga tak juga menemukan ujung jalan keluar dari masalah ini. Keningnya berkedut memikirkan masalah ini, entah dia harus bersyukur atau malah merutuki nasibnya ini. Gadis itu merapikan anakan rambut yang tertiup angin sembari menatap laut yang ada didepannya. Oh Tuhan berikanlah aku kekuatan, batinnya dalam hati.
Albert POV
Aku selalu memperhatikan wajahnya, senyumnya, tingkahnya yang lucu dan semua hal tentang dirinya tanpa sedikitpun dia mengetahui jika aku sedang melakukan hobbyku ini. Dia berada didekatku namun hatiku berkata dia sangat jauh dan sedikit mustahil bisa kugapai. Kulihat matanya yang sedang menerawang jauh ke tengah laut dan tangannya sedang mencoba merapikan anakan rambut yang tertiup angin pantai. Menyadari hal itu akupun menegakkan badanku dan mencoba menghalau angin yang sedang mencoba mengganggunya. Sekarang dia menatapku. Kutatap dia tepat dimanik matanya, hanya itu yang bisa kulakukan agar aku tau bagaimana perasaannya saat ini. Gadis ini terlihat berbeda dimataku. Aku tau dia sedang lelah dan seperti sedang memiliki bannyak masalah namun dia tak pernah mengeluh dengan apa yang tengah terjadi dalam hidupnya. Dia pribadi yang selalu menyimpan semua kesedihan, amarah dan kekecewaannya seorang diri seakan tidak ingin orang lain memandangnya dengan pandangan yang buruk dengan semua kisah hidupnya yang terkadang seperti persimpangan yang penuh kabut.
"Al ??" suara itu membuyarkan lamunanku.
"Ya?" kugerakkan tanganku dan mencoba merapikan rambutnya yang menutupi wajahnya karna tertiup angin.
"Kamu kenapa sih ?? Bosen ya duduk terus dari tadi ??" Dia menatapku sembil menampakkan senyum manisnya.
"Jalan-jalan aja yuk." dia berdiri membersihkan sisa pasir yang menempel pada badannya dan menarikku berdiri. Aku hanya bisa pasrah dengan semua perlakuannya. Saat itu juga aku tersenyum sembari berdiri dan meletakkan tanganku dipundaknya. Biarlah seperti ini, karna hanya dengan cara seperti ini aku merasa dia benar-benar ada disampingku.
Aku berjalan menatap sekitar dan tiba-tiba ada tangan mungil menggenggam tanganku, akupun membalasnya. Aku mencintainya dengan seluruh nafasku namun perasaan itu tak pernah kuungkapkan karna aku tau itu hanya sia-sia dan aku tak mau menambah beban pikirannya lagi.
"Apakah anak broken home selalu mendapat image buruk ??" pertanyaannya membuat alisku terangkat sebelah. Aku menatapnya lekat dan intens.
"Tidak semua seperti itu. Tenang saja" kudekatkan tubuhnya ke tubuhku agar aku dapat mencium keningnya. Diapun hanya terdiam dengan apa yang kulakukan padanya.
"Aku harap begitu," dia menunduk menatap jemari kakinya yang menjejak pasir.
Mendengar hal itu membuat hatiku tersayat dan berpikir kenapa dia menanyakan hal itu. Ide untuk mengusilinya pun datang dibenakku. Kini aku berjalan serong kearah laut agar kaki kami dapat terkena air. Kulihat Kissya masih tenggelam dalam lamunannya, saat ombak datang mendekat seketika aku mematung. Kissya yang sedari tadi melamun balik menatapku dan hanya kubalas dengan senyuman. Saat dia sadar ada ombak yang bergerak kearah kami dia berusaha berlari menjauh dari bibir pantai, namun gerakannya sanggup ku tahan dan BYURR.
"Albert !!! Usil banget sih, basah ni. Akukan gak ijin kalo mau kepantai !!" mendengarkan marah seperti itu membuatku tertawa. Wajahnya terlihat lucu saat marah-marah karna ulahku. Ku tatap kearah kakinya, melihat setinggi apa air laut menjamah kakinya. 3/4 kakinya basah, pantas saja.
"Kamu gak minta maaf ? Sebel!" tanyanya dengan bersungut-sungut.
"Tapi kok muka kamu keliatan bahagia gitu ?? So, kenapa harus minta maaf kalau cuma pengen ngebuat kamu bahagia ??" dia mengernyitkan dahi menatapku penuh tanya lalu mencembikkan bibir.
Inilah ekspresinya yang mampu membuatku tertawa tanpa henti, dia benar-benar terlihat lucu hingga membuatku ingin mencium bibirnya. Berhubung disini tempat umum jadi kuurungkan niatku. Karna bagiku kemesraan tak perlu diumbar cukup kami saja yang tau mungkin akan lain ceritanya jika tidak ada penerangan disekitar kamu. Kini kulihat dia berjalan menyusuri pantai dan membuatku hanya menatap punggungnya yang kian menjauh. Lalu gadis itu membalikkan badan dan menatapku, kulihat dia memiringkan kepalanya dan tersenyum kearahku lalu detik berikutnya dia menjulurkan lidahnya.
Apa!? Dia berani mengejekku!, batinku sembari aku berjalan dengan langkah lebar kearahnya.
***
Matahari hampir sepenuhnya tenggelam, kurasakan angin malam mulai menerpa tubuh kami. Kupeluk gadis dihadapanku ini yang sedari tadi menatap sang surya, dia balas memeluk lenganku yang melingkar diperutnya. Perasaan hangat menjalar di tubuh juga hatiku. Tuhan, aku tidak mau melihatnya menangis. Tolong jaga dia untukku disaat aku berada disisinya maupun saat aku sudah tidak bisa berada disisinya, pintaku dalam hati.
Kutatap langit yang berubah gelap dan menampakkan beberapa bintang yang tengah bersinar. Kueratkan pelukkanku karna aku merasa gadisku ini mulai menggigil. Kulihat wajahnya yang tengah menatap bintang yang paling terang. Gadis ini sangat menyukai bintang dan bulan serta menikmati indahnya sunset dan sunrise, aku tidak tau apa alasannya menyukai hal-hal astronomi asal itu membuatnya tenang dan melupakan masalahnya walau hanya sejenak aku rela menenaminya berjam-jam untuk menatap benda langit tersebut. Kurasakan dia menyandarkan kepalanya didadaku, secara reflek kucium keningnya. Kini mataku menatap bibir mungilnya. Debaran jantungku mulai bergerak tak karuan hingga aku takut dia menyadari hal itu. Aku hanya diam mematung hingga aku merasa ada tangan yang menarik leherku kebawah, aku bisa merasakan hembusan nafasnya dan detik berikutnya kurasakan bibir kami bersentuhan. Hangat, itulah yang kurasa. Hingga dia mulai membuka mulutnya dan menggigit bibir bawahku. Akupun terbuai dengan sentuhannya yang lembut dan tanpa hasrat. Aku tau dia hanya menyalurkan kehangatan yang telahku berikan padanya melalui pelukanku. Lalu aku sadar dan menyudahi ciuman ini karna aku takut akan bertindak lebih yang tentu saja sangatku inginkan.
"Ini tempat umum." kubisikkan alasanku menyudahi ciuman tadi. Dan kurasakan kepalanya tertunduk mungkin dia malu karna telah bertindak agresif. Namun biarlah karna aku juga tak menyesali perlakuannya tadi.
"Pulang yuk ini udah malem. Takutnya entar kamu udah dicariin." Ucapku membuka pembicaraan dan menghilangkan suasana canggung diantara kami. Kurasakan dia mengangguk dan kami pun melangkah menjauh dari bibir pantai sembari kugenggam tangannya.
~~~~~
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me
Random- Sebagian cerita ini di privat - Seorang gadis manis yang harus terjebak dengan sikap perfeksionis ayahnya dan suatu fakta mengejutkan tentang pernikahan kedua orang tuanya. Dilain sisi dia hanya ingin menjadi seorang gadis remaja seperti yang...