Aku bangun dari kursiku dan berjalan kearah pintu keluar. Hatiku sedang dalam keadaan remuk redam karena keputusan singkat yang barusan saja kupublikasikan. Berjalan lunglai menuju mobil yang tengah kuparkir tidak jauh dari pintu masuk dan mengendarainya menuju rumah.
***
Memandang langit malam melalui balkon kamarku menjadi sesuatu hal favouritku sejak beberapa menit yang lalu. Bertemankan sunyi dan gelapnya malam. Rasanya aku ingin menarik kembali ucapanku tadi namun ketika aku teringat akan wajah Alice yang sendu membuatku iba dan berfikir memang lebih baik aku mundur. Beginikah pedihnya suatu perjuangan yang sia-sia ? Penantian yang berujung hampa. Rasanya air mataku sudah kering jika harus menangisi hal ini berulang-ulang kali.
Kali ini aku akan benar-benar memendam rasa ini sedalam mungkin, menguburnya hingga tak dapat kugali lagi. Kenangan-kenangan indah berkelebat dengan santainya dibenakku tanpa permisi. Kunikmati malam ini dengan semua kenangan yang akan kulenyapkan didetik selanjutnya dan mataku terpejam hingga aku jatuh dalam mimpi.
***
"Ehh kak Kissya dah bangun. Yukk kak anterin aku sama adel. Kok tidur disitu sih kak, emang gak dingin ?" kata Velove didepan kamarku.
"Bentar Ve, aku bangun aja belum udah di todong. Sebodo," balasku dengan merenggangkan otot-ototku.
Pagi ini aku terbangun dengan tubuh penuh peluh dan wajah Ve didepan kamarku serta menatapku dengan panik. Setelahnya aku duduk dengan kaki menyentuh lantai. Rasa dingin lantai menjalar mulai dari kakiku dan ini sedikit membantuku untuk cepat tersadar. Saat kurasa semua kesadaranku sudah terkumpul aku segera menjulurkan kakiku dan menegapkan badanku dan bergegas menuruni tangga. Lalu aku duduk di sofa ruang keluarga dan berakhir dengen meletakkan tubuhkku disana. Aku masih mengingat dengan sedikit jelas tentang mimpi aneh yang kualami tadi malam, sungguh mimpi yang mengerikan.
Suara Bunda kembali terdengar mengganggu acara malas-malasanku, "Kiss, Ve dianter dulu sana dia masuk pagi. Ini si Adel belom kelar jadi Bunda aja yang nganter Adel." Dan akupun hanya mengiyakan saja seruan Bunda, "Kamu ada acara ?" tambah Bunda lagi.
"Masuk jam 9 Bun. Ada apa ?" tanyaku setelah aku kembali berjalan kearah tempat penyimpanan kunci dan mengambil kunci mobilku.
"Nggak papa. Kamu nggak cuci muka dulu ?" sahut Bunda heran (mungkin) saat melihatku berlalu menuju garasi.
"Kissya mah gini aja udah cantik natural Bun, udah tenang aja." balasku sambil menaik turunkan kedua alisku.
"Kamu itu lo, jadi cewek kok PDnya gak ketulungan. Padahal kalo dibandingin sama Bunda juga paling bagus bunda." Balasnya sedikit nylekit dengan tatapan usil
"Apaan sih Bun, gak jelas banget deh." Balasku sedikit bersungut. Kulihat Ve menggendong tas gunungnya dan bersalaman dengan Bunda dan akupun masuk ke dalam mobil untuk memanaskan mesin.
Suara pintu dibuka terdengar, akupun memanjatkan doa setelahnya suara Ve mengucapkan kata perpisahan pada Bunda dan lambaian tanganpun terlihat dimataku. Aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang dan suasana mobil hening hingga ditempat tujuan. Ve langsung keluar dari mobil dan berlari kearah deretan anak-anak yang menggunakan seragam sama dengannya. Setelah itu aku melanjutkan perjalananku untuk pulang.
Saat aku sampai dirumah kondisi rumah dengan keadaan sepi dan motor dirumahku yang tadinya ada 2 kini hanya tinggal 1, melihat itu aku mempersepsikan jika Bunda sedang pergi mengantar Adel sekolah dan pergi kepasar setelahnya. Jadi aku putuskan untuk masuk kedalam rumah dengan kunci cadangan. Dan aku kembali menuju kamarku menaruh dompet serta handphone dan bergegas mandi lalu segera bersiap menuju kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me
Random- Sebagian cerita ini di privat - Seorang gadis manis yang harus terjebak dengan sikap perfeksionis ayahnya dan suatu fakta mengejutkan tentang pernikahan kedua orang tuanya. Dilain sisi dia hanya ingin menjadi seorang gadis remaja seperti yang...