Page 3

9.4K 152 6
                                    


Author POV

"Mas maunya apa ?? Aku harus gimana ??" Mrs. Amo sekaligus Bunda Kissya, Velove dan Adel terisak sambil menatap suaminya.

"Nggak usah kek gitu, aku cuman minta kamu jujur. Buat apa kita udah bertahan 20 tahun kalo kamu masih gak jujur !?!" suara Mr. Amo mulai menggelegar tanpa ia benar-benar marah.

"Aku musti jujur tentang apalagi. Aku udah sabar, nyampek adikmu sendiri aja kagum kenapa aku masih bisa tahan sama kamu." Mrs. Amo menutup wajahnya yang sudah basah oleh air mata.

"Gak usah libatin orang lain dalam masalah ini !! Ini masalah kamu sama aku !!!" Mr. Amo mulai menurunkan nada bicaranya. Tanpa mereka sadari Kissya sudah bangun dan mendengar pembicaraan kedua orang tuanya.

"Aku harus gimana ngehadepin kamu ?? Setiap orang punya batas kesabaran masing-masing. Dan sekarang batas kesabaranku mas. Kali ini kesabaranku udah habis buat ngehadepin kamu mas." seakan-akan Mrs. Amo sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi.

"Kesabaran itu gak ada batasnya. Yang membatasi kesabaran itu sendiri ya orang itu sendiri. Jujur aja dia siapa ??" Mr. Amo suda bisa mengontrol emosinya terdengar dari nada suaranya.

"Aku gak ada apa-apa sama dia. Kita sahabatan ber5 mas sejak SMA. Kenapa sih kamu gak percaya mas ??" isak Mrs. Amo mulai menggema diseluruh lorong rumah.

"Gimana aku mau bisa percaya sama kamu ?? Setiap dia perhatian kamu tanggepin!!!" kemarahan Mr. Amo mulai tersulut kembali.

"Aku capek mas jelasin ke kamu." Mrs. Amo berjalan kearah kamar dan mengeluarkan tas dari almarinya.

"Kek anak kecil, lari dari masalah. Kalo emang mau pergi, pergi aja tapi gak usah bawa-bawa Adel. Dia tetep sama aku." Mr. Amo bertingkah acuh kepada istrinya dan berjalan keluar rumah lalu mengeluarkan mobilnya dan pergi entah kemana. Kissya yang mendengar hal itu hanya bisa menangis dalam diam.

Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Hatinya sakit atas tindakan suaminya yang tidak percaya akan dirinya. Batinnya terus bertanya apa yang harus ia lakukan agar suaminya percaya. Namun mengingat sifat suaminya yang seperti keras kepala, ia merasa ciut dengan tekatnya yang ingin membuat suaminya percaya lagi padanya. Tekat kuat untuk membuat suaminya percaya yang dulu pernah ada kini mengudara secara perlahan.

Kepercayaan itu bagaikan kertas. Sekali kertas itu terlipat dia tidak akan bisa kembali rapi seperti sedia kala. Dan mengembalikkan kepercayaan tidak semudah mengedipkan kelopak mata. Mrs. Amo kembali memasukkan bajunya ke dalam tas kopernya. Lalu melangkah menuju kamar Velove dilantai atas. Namun sebelum ke kamar Ve ia akan berpamitan ke Kissya.

Kissya yang mendengar derap kaki menaiki tangga langsung diam dan mencoba pura-pura tertidur. Hingga dia merasa ada yang menyentuh bedcover yang menyelimuti tubuhnya lalu tangan itu mengusap lembut ujung kepalanya. Kissya berusaha menahan isak tangisnya dan berusaha tenang.

"Nak, Bunda pamit ya. Maaf Bunda gak bisa milih kamu, tapi yang perlu kamu tau Bunda sayang sama Kissya." bisik Mrs. Amo. Dia tau anaknya yang ini sedang pura-pura tertidur. Namun Mrs. Amo hanya diam saja, dia tak ingin anaknya melihat wajahnya yang berantakan karna penuh air mata.

Mrs. Amo berjalan ke kamar Velove. Mrs. Amo kaget mendapati anaknya sedang berkemas, Velove yang merasa ditatap seseorang hanya menoleh sekilas lalu tersenyum dan menyeret kopernya sambil berkata "Aku ikut kemanapun Bunda pergi." Mrs. Amo amo yang mendengar hal itu tersenyum kecut. Anak inilah yang selalu bisa menenangkannya, dia selalu tau apa yang harus diperbuat sehingga Mrs. Amo merasa lebih tenang bersama anaknya yang satu ini.

"makasih sayang," Lalu Mrs. Amo dan Velove menuruni tangga sambil menenteng koper Velove. Lalu mengambil tasnya dan pergi.

Kissya yang mendengar gerbang pintu rumahnya berdecit dia menangis sejadi-jadinya. Banyak pertanyaan yang bersarang dikepalanya yang seakan mendobrak seluruh indranya meminta penjelasan. Kenyataan yang sangat pahit dan menampar hatinya adalah tak ada yang berharap akan kehadirannya.

Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang