Another Fact

591 87 34
                                    

📼

"Ada apa ramai-ramai di sini? Apakah ada kesalahan?"

Baru saja Damian memasuki perusahaannya, dia di kejutkan oleh seluruh karyawan berkumpul di depan ruangan Dean yang tertutup rapat. Pria itu juga melihat ada teman-teman putranya berdiri di sana bersama Reo membuat kebingungan semakin mendominasi.

Reo yang menyadari kehadiran sang paman pun memberi salam, di ikuti yang lain.

"Emm, sebenarnya-"

Drrt...

Drrt...

Belum sempat menjelaskan, ponselnya berdering heboh. Nama Dean terpampang di layar. Damian mengangguk mengiyakan ketika Reo memandangnya meminta persetujuan.

"Ada uncle Dam."

"Suruh nunggu di ruang rapat."

"Dia udah di depan pintu! Temui dulu, siapa tau penting."

"Hah! Oke!"

Tepat setelah panggilan berakhir, pintu putih di buka oleh si pemilik ruangan. Dean bergegas menyalami tangan sang ayah sebelum tersenyum menyapa.

"Kenapa tidak menghubungiku dulu?" tanya Dean menahan gugup.

Dia cemas ayahnya kemari karena sudah mendengar berita palsu itu. Kalaupun benar, Dean harus menyiapkan diri menerima segala hukuman yang akan dia dapat. Ingin membela diri juga dia belum mendapat bukti pasti kalau berita itu bohong.

"Aku kesini ingin bertemu menantu. Katanya dia kemari, ada ibumu juga di bawah. Nanti kamu jemput aja di rumah sekalian menginap," ucap Damian.

Dean menghela nafas lega dalam diam. "Bareng aku nanti. Masih ada urusan juga sama kak Shella," sahutnya.

"Baiklah. Setengah jam belum datang, bersiaplah!"

Damian akhirnya pergi meninggalkan tempat itu. Dean akhirnya bisa bebas bernafas sekarang. Sepanjang lirikan mata Damian tadi, Dean sangat waspada. Takut ayahnya akan mencurigai sesuatu. Tapi sepertinya pria itu menahan diri untuk tidak menanyakan alasan para karyawan di kumpulkan.

Perusahaan ini sudah dia pegang juga, jadi tidak ada masalah kalau Dean ingin mengumpulkan seluruh karyawan. Dia berbalik menghadap para karyawan yang langsung mengalihkan pandangan mereka. Shella yang sudah berada di sana Dean tarik agar berdiri bersebelahan dengannya.

"Katakan, sayang... Siapa saja yang telah berani mengeluarkan kata tidak bermoral seperti yang kamu katakan. Tunjuk mereka!" celetuk Dean seraya menyeringai kecil.

Shella meneliti satu persatu wajah yang ada di sana sampai akhirnya dia menunjuk dua belas orang di antara kumpulan tersebut. Reo segera menyuruh yang lain pergi selain dua belas tersangka yang di tunjuk. Sementara para tersangka mulai gemetar ketakutan begitu Dean melangkah mendekati mereka.

Senyum sinis terbit di bibir Dean seraya mengamati wajah-wajah pucat yang menunduk. Dia baru menyadari kalau orang-orang yang Shella tunjuk memiliki lebam di wajah mereka, tepat di area bibir. Masih baru dan Dean duga kalau itu ulah tunangannya.

Berondong? [RORASA] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang