Mother

303 67 4
                                    

📼

Kekhawatiran Dean akan kemungkinan terjadinya kehamilan pada Shella tidak benar-benar terjadi usai satu bulan kejadian itu terlewati. Pria itu lega mengetahui istrinya datang bulan kemarin. Karena Shella mengatakan dia ingin fokus pada produk terakhirnya yang akan launching bulan depan dan belum siap menerima nyawa di dalam rahimnya.

Dean tidak mempermasalahkannya karena Shella yang hamil dan melahirkan nanti. Kehidupannya terasa berbeda dari sebelumnya. Mereka merasa lebih bebas dan bahagia karena terikat secara resmi dalam hubungan yang berjalan selamanya.

Semoga begitu.

📼

"Sayang, aku mau ke tempat Mama. Kamu nanti pulang bareng Kak Lia ya? Jangan naik taksi."

Shella mengangguk patuh. Dean menjadi begitu protektif sejak memegang posisi sebagai suami. Pria itu tidak membiarkan Shella menyetir mobil sendiri. Harus ada orang terdekat yang mengantarnya. Supir pribadinya sedang pulang kampung dan tidak bisa menjemput Shella nanti.

"Sendirian?" tanya Shella tersirat nada cemas di dalamnya.

Memahami perasaan istrinya, Dean tersenyum lembut seraya mengusap pelan surai hitam itu. "Sama Papa... Kamu jangan khawatir, Mama yang sekarang gak sama kayak yang dulu. Percaya sama aku," ucapnya mengecup pelan kening istrinya.

"Tapi kata Yo-"

"Sshh... Jangan di dengerin. Dia aja gak pernah jenguk Mama, masa kamu percaya sama dia?"

Rasa ragu serta cemas masih hinggap di diri Shella. Namun tatapan Dean seolah menyuruhnya percaya kalau semua akan baik-baik saja. Dengan berat hati dia mengangguk mengiyakan.

"Terima kasih sudah mempercayaiku, sayang," gumam Dean mencium pelan bibir Shella.

"Aku ajak jalan-jalan nanti malam, kamu yang semangat ya kerjanya! Jangan lupa kabari aku kalau udah sampai rumah nanti waktu pulang," pesan Dean sebelum Shella berlalu pergi memasuki gedung perusahaannya.

Ada kejanggalan yang terus membayangi. Shella tidak bisa tenang memikirkan Dean. Pria itu mungkin bisa mengendalikan dirinya dari trauma selama sang ibu tidak menyerangnya. Tapi Shella tetap ragu akan keputusan Dean. Walaupun ada Damian yang akan menemani, tetap tidak menutup kemungkinan kejadian itu terulang kembali.

Terlalu larut dengan pikirannya, Shella sampai tidak sadar dia sudah sampai di ruangannya. Untungnya tadi Aprilia berada di depan pintu sehingga wanita itu bisa dengan cepat membuka pintu ruangan dan menghindari kening Shella yang membentur pintu.

"Shella! Jangan ngelamun!" pekik Aprilia menegur Shella.

Sadar dari lautan pikirannya, Shella terperanjat kaget menyadari ada seekor anjing besar di hadapannya. "Eh, anjing siapa ini? Kenapa ada di ruangan ini?" bingungnya.

"Anjing gue. Shella, gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Shella mendudukkan diri di kursinya. Menatap Aprilia yang berdiri di hadapannya dengan tatapan serius. "Apa?"

"Gue minta cuti tiga bulan."

"Oke."

Kening Aprilia mengerut bingung. Semudah itu Shella mengiyakan permintaannya. Padahal biasanya wanita itu tidak pernah membiarkan Aprilia cuti lebih dari satu bulan.

Berondong? [RORASA] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang