Matahari pagi mulai mengintip dari balik tirai jendela, sinarnya perlahan menyentuh wajah ke-dua insan yang masih terlelap di atas kasur. Ah, sepertinya mereka sepasang kekasih yang menggemaskan.
"Nggh..." gumam seseorang, tubuhnya menggeliat malas di bawah selimut. Sebelah tangan terangkat, menutupi matanya yang terasa berat saat ia mencoba membuka kelopaknya.
Kepalanya terasa berputar-putar di awan, tenggorokan nya terasa sangat panas, perutnya terasa seperti banyak kawanan serangga yang berterbangan, membuat ia mual.
Perlahan, ia membuka kelopak matanya yang terasa berat, melirik ke kanan-kiri.
Tunggu, Siapa dia?
Matanya tertuju pada seseorang yang terlelap di sampingnya, tubuhnya terbungkus rapat oleh selimut tebal hingga hanya bagian hidung nya saja yang tampak. Dengan usaha yang tertahan, Tangannya bergerak hati-hati, menarik selimut itu dengan perlahan.
"Sisca!?" Sahut nya kaget, Matanya melotot, melihat tubuh wanita itu dengan tanpa busana.
Dengan reflek, kepalanya menunduk kebawah, tak ingin melihat lebih. Tapi, lagi-lagi ia di kagetkan dengan tubuhnya yang juga tanpa busana itu. Pandangan nya langsung berpindah lagi ke lantai, salfok dengan pakaian yang berserakan dimana-mana.
Ia berusaha mengingat-ingat, seketika kepalanya terasa sakit lagi, tenggorokan nya terasa semakin panas, seperti ingin memuntahkan sesuatu. Dengan cepat ia berlari ke arah kamar mandi, memuntahkan isi perut nya di wastafel.
Dengan nafas yang masih tak beraturan, ia melirik dirinya sendiri di kaca. Badannya penuh dengan bercak merah, entah apa yang ia lakukan malam tadi. Yang ia ingat hanyalah ia mabuk berat karna.. uhm- karna merindukan mantan istrinnya.
Sejenak, ia menghidupkan keran air, membersihkan dirinya dari muntahan. Lalu, dengan langkah lemas, ia berjalan kembali ke kamar. Buru-buru ia memungut celana boxer nya, dan memakainya.
"Mas? Kamu kenapa?" Tanya Sisca yang baru saja bangun dari tidurnya, tangannya bahkan masih sibuk mengusap kelopak matanya.
"Kamu masih nanya? Kenapa kamu telanjang? dan kenapa saya juga?" Shani bertanya heran, tangan nya terulur untuk menunjuk tubuh wanita itu, sedangkan kepalanya berpaling kearah lain. Jujur, dirinya sendiri tak mengingat apa-apa, tadi malam ia sepertinya benar-benar mabuk berat.
Sisca tersenyum menggoda, lalu ia bangkit dari kasur, berjalan mendekati Shani yang kebingungan. "Kamu ga inget apa-apa? Padahal.. semalem kamu paling jago" bisik Sisca sambil mengelus rahang tegas Shani.
"Semalem? Berarti-- Muthe..?" Tanya Shani, suara nya tercekat, Matanya memancarkan kekhawatiran di sana.
"Bukannya kamu lebih milih aku? Dari pada anak sialan itu?"
"Dia anak saya Sisca!" Bentak Shani tiba-tiba, membuat Wanita itu tersentak.
Raut wajah Sisca seketika berubah menjadi muram. "Kamu sendiri yang bilang lebih milih aku, Mas!" Balas Sisca dengan suara tak kalah nyaring.
Shani menghela nafas pelan sambil mengeleng-geleng heran, lalu ia menunjuk pakaian-pakaian yang berserakan di lantai. "Pakai bajumu, sesudah itu, temui saya." Ucapnya datar. Setelah itu ia berjalan pergi, meninggalkan Sisca yang masih di bakar dengan rasa amarah.
"Sialan!" Batin Sisca kesal. Dengan malas, ia memungut pakaiannya kembali, dan terpaksa memakainya.
"udah kotor lagi" gerutunya.
Selesai memakai semuanya, ia berjalan keluar, melangkah kearag ruang kerja Shani. Cklek! Sisca membuka pintu sedikit kuat, lalu menghampiri Shani yang sedang terduduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Tercipta (ChrisMuth)
FanficSeorang gadis bernama Mutiara azzahra yang biasa di panggil Muthe memiliki masa lalu kelam, yang satu-satu nya menjadi semangat hidup nya adalah pasangan dan teman-temannya saja. Suatu hari ia di incar oleh seseorang yang obsesi dengan nya, obsesi...