"Jadi cewek jangan ganjen" tuduhnya
"Siapa yang ganjen sih ?"
"Gue tadi lihat lo berduaan sama Evan, dan dia nembak lo kan ?"
Aku menghembuskan napas kasar, saat ini yang ada dihadapanku bukanlah Sean. "Tapi kan gue tolak, emang lo ga denger ?"
"Alesan mulu lo, kalo bosen sama gue bilang !"
"Emang lo bakal lepasin gue kalo gue bilang 'gue bosen sama lo?' Gak bakal kan ?"
"Banyak omong lo" dia - William, mencengkram kedua pipiku dengan satu tangannya. Mata bermanik emas itu menatapku sangat tajam
Detak jantungku berdegup kencang, ditambah William kini menarikku menjauhi gedung fakultas
"Kita mau kemana ?" Tanyaku yang dibawa kedalam mobil Sean
"Ke apart lo, mau beresin semua barang-barang lo. pindah ke apart gue, biar gak ada alesan lagi buat lo ketemu Evan"
"Lo gila ? Kalo Sean nanya gimana ? Gue jawab apa ? Jangan ngide sendiri" aku memutar badan menghadap William yang sedang memasang seat belt
"Pasang sabuk pengaman lo, atau mau gue yang pasangin ?"
"Gue bisa sendiri"
William melajukan mobilnya membuatku bergidik takut, walau aku tahu William tidak mungkin membunuhku dan aku sudah mulai terbiasa dengan sifatnya yang kasar tapi tetap saja jantungku berpacu dengan sangat cepat
"Bawa yang penting aja"
Baru saja tiba di apartemenku, William langsung menyuruhku membereskan barang yang harus dibawa
"Barang gue gak ada yang penting"
Bukannya membereskan barang, aku malah duduk ditepi ranjang, "daripada gue yang pindah, mending lo yang pindah" tawarku mencoba peruntungan
"Kok lo yang ngatur ?"
"Will, lo pikir deh. Kalo gue pindah apart, gue tetep ketemu Evan di kampus"
"Ga usah kuliah"
"Seposesif ini lo sama gue ? Sampe ga mikirin masa depan gue ?"
"Gue bisa kok ngidupin lo sama anak-anak kita nanti"
Aku menyunggingkan bibir kiriku, "lo sayang sama gue gak sih sebenernya ?" Tanyaku bernada sedih, aku hanya berpura-pura untuk menarik perhatian William
Tangan William mengepal lalu ia berjongkok dihadapanku, "gue sayang sama lo, please jangan raguin rasa sayang gue. Oke gue yang bakal pindah kesini"
"Bener yaa" aku tersenyum, akhirnya aku menang
William mengangguk dan jemarinya mengusap punggung tanganku. Bagaimanapun caranya aku harus bisa menaklukkan William
"Aarrrrggghhhh"
Teriakan William membuatku segera menyelesaikan buang air besar, ah orang itu baru ditinggal sebentar
"Kenapa sih teriak-teriak ?" tanyaku yang juga ikut teriak karena emosi, aku membanting pintu toilet dan menghampirinya
"Serena, aku dimana ?"
"Sean ?" Aku bingung dengan variabel perpindahan karakter mereka, sudah tidak ada waktu yang pasti seperti William hanya di malam hari dan sisanya milik Sean, "kamu di apart aku"

KAMU SEDANG MEMBACA
TWO SIDES SEAN KIM - SUNOO
Hayran Kurgudia terkadang memukulku hingga darah mengalir dari sudut bibirku yg tipis, setelahnya ia tidak ingat apa yg ia lakukan padaku