Di sampingnya kini ada Agni. Cakka merasa nyaman jika ada Agni di sampingnya. Begitu pula dengan Agni. Berada dekat dengan Cakka membuat hatinya merasakan kenyamanan serta kebahagiaan. Apakah.. Apakah semua ini akan abadi?
"Kka.." Ucap Agni.
Cakka nggak menjawab. Ia malah asyki bersama gitar kesayangannya. Agni merasa seperti dikacangin. Ia pun pura-pura ngambek agar Cakka memerhatikannya.
"Yeee.. Pura-pura ngambek. Dasar lo! Sama saja seperti dulu." Kata Cakka tertawa seraya mengacak-acak poni Agni.
"Ih, jangan diacak-acakain dong, Kka." Kata Agni pura-pura marah.
Keduanya tertawa. Tawa dalam kebahagiaa. Memang, ada saatnya kita bersedih, dan ada saatnya kita tertawa. Sepi rasanya hidup ini jika tak ada tawa yang mewarnai dan menceriakan hari-hari kita.
Drtdrtdrt...
Ponsel Cakka berbunyi. Sebuah nomor asing memiscallnya. Cakka pun menekan tombol hijau di ponselnya.
"Iya.. Iya.. Ada apa ini? Siapa? Kok bicaranya panik sekali? Apa? Baik. Secepatnya aku akan kesana."
Klik.
"Kita harus ke rumah sakit Ag. Lo telpon Ify ya." Kata Cakka buru-buru.
Agni hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut.
***
Beberapa menit yang lalu...
Alangkah kagetnya Gabriel dan Febby ketika mendapati Rio yang tergeletak tak sadarkan diri di dekat sofa, dan Sivia yang seperti mayat hidup meminta bantuan. Astaga! Apa jangan-jangan kedua adik kakak itu...
"Lo mikir apa sih Yel? Jangan sampai deh mikir yang itu-itu.." Kata Febby.
"Feb.. Yel.. kakak gu.. gue.." Lirih Sivia.
"Kakak lo kenapa Vi? Kenapa dia bisa.."
"Cepat bawa ke rumah sakit! Vi, lo telpon teman kakak lo deh." Seru Gabriel seraya membantu Rio untuk bangun.
***
@Rumah Sakit
Kata dokter, kondisi Rio baik-baik saja. Hanya saja ada beban berat yang ada di pikiran Rio sehingga Rio menjadi frustrasi dan berakhir tragis seperti ini. Cakka, Agni dan Ify sudah tiba di rumah sakit. Kali ini, Ify sangat khawatir dengan kondisi Rio. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi dengan Rio.
"Dok, apa kami bisa masuk ke dalam?" Tanya Cakka.
"Biarkan dia tenang dulu." Jawab dokter itu.
Sivia yang sempat panik dan shock kini berhasil di tenangkan oleh Gabriel. Sedaritadi Gabriel mendekap erat tubuh Sivia. Tentunya Sivia merasa bahagia karena ia sangat merindukan pelukan ini.
"Fy, apa semua ini karena.." Kata Agni.
"Jangan bicara, Ag. Gue terlalu sedih mendengar lo bicara." Kata Ify.
Hampir sejaman mereka menunggu sebuah kepastian. Sivia yang kondisinya terlalu lelah kini tertidur lelap dipelukan Gabriel. Gabriel sama sekali nggak merasakan capek atau apa. Yang ia rasakan hanyalah kebahagiaan yang tak ada bandingnya.
Seorang dokter menemui mereka. "Apakah salah satu diantara kalian ada yang bernama Ify?" Tanyanya.
Ify terenyak. "Saya dok." Jawabnya.
"Baik. Kamu boleh melihat keadaan Rio karena Rio sangat membutuhkanmu."
***
Kedua matanya terasa berat jika ia buka. Perlahan, namun dengan hati-hati ia buka matanya. Ia baru sadar kalo ia berada di rumah sakit dengan kondisi yang menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Love You Sivia
FanfictionSivia, gadis cantik yang jago main basket ini mempunyai seorang sahabat bernama Gabriel. Tetapi tidak disangkanya persahabatan itu berubah menjadi cinta. Tetapi sosok bernama Alvin tiba-tiba hadir di dalam hidupnya dan membuat Sivia harus memutuskan...