Part 8

535 22 0
                                    

"Ag, kita putus!"

Sepertinya otak Agni lagi nggak konek, dan dia menganggap ucapan Cakka tadi hanya candaan untuk membuatnya sebal dan ngambek. Cakka kan doyan buat Agni ngambek?

"Aelah, gue nggak ada waktu buat lo ngambekin. Gue mo kuliah." Kata Agni seraya menghidupkan mesin motornya.

Namun, tangan Agni dicekal oleh tangan Cakka. Tangan Agni pun menjadi sakit akibat dari cengkraman tangan Cakka yang kasar.

"Gue serius." Kata Cakka menatap tajam mata Agni.

Agni menjadi sedikit ketakutan. "Lo kenapa sih Kka? Jangan bercanda!" Ucapnya.

"Gue nggak pernah bercanda!"

Sekarang, Agni baru tau bagaimana wajah Cakka yang sedang berubah menjadi seram. Tapi, atas hal apa yang membuat Cakka marah padanya dan tiba-tiba memutuskan suatu hubungan yang telah lama terjalin? Karena apa? Selama ini ia nggak pernah selingkuh. Cowok yang paling dekat dengannya selain Cakka adalah Rio, dan mustahil sekali ia selingkuh dengan Rio karena Rio udah dapat gebetan baru.

Dan, tidak terasa cairan bening itu membahasi kedua pipinya. Agni yang dikenal anti menangis itu kini dengan mudahnya meneteskan air mata. Oh.. Apa benar Cakka akan memutuskan hubungan ini tanpa sebab yang jelas?

"Jangan nangis. Gue nggak suka liat lo nangis." Kata Cakka yang kemudian berlalu meninggalkan Agni.

Dari jauh, Agni melihat punggung Cakka yang semakin mengecil dengan pandangan yang kabur karena air matanya. Tidak! Ini hanya mimpi buruk! Ini tidak nyata!

Ya, mimpi buruk ini akan segera berakhir!

***

"Heh! Ngapain lo disini bersama cewek yang sok jago itu?"

Suara khas milik Pricilla langsung mengagetkan Shilla, Nabila, Sivia dan Febby. Pricilla yang sepertinya nggak suka Shilla ada di tempat ini pun menarik lengan Shilla hingga menjauh dari Nabila, Sivia dan Febby.

"Kak, kenapa sih? Kok tiba-tiba main tarik-tarikan?" Tanya Shilla yang menahan rasa sakit di lengannya.

Pricilla menatap tajam Shilla. "Lo belum tau kan siapa cewek yang selalu gue ceritain ke elo? Lo belum kenal kan sama cewek itu?" Tanyanya.

"Ng.. Iya. Emangnya kenapa kak?"

"Sini!" Pricilla memutar kepala Shilla ke arah tempat makannya tadi bersama Nabila, Sivia dan Febby. "Tuh liat! Cewek yang sok jago itu!" Tunjuk Pricilla ke arah Sivia.

Shilla memerhatikan Sivia dari jauh. Menurutnya, Sivia adalah cewek yang nggak suka cari musuh. Tapi jujur aja, Shilla sama sekali nggak membenci Sivia seperti kakaknya.

"Gue peringatin. Lo jangan dekat sama dia. Dia itu rival terbesar gue." Kata Pricilla memperingatkan lalu pergi meninggalkan Shilla.

Shilla paham apa yang dimaksud 'rival' oleh kakaknya itu. Kakaknya dan Sivia adalah musuk bebuyutan, walau Sivia sendiri nggak bermaksud mencari musuh. Rasa kebencian Pricilla pada Sivia makin bertambah ketika mendengar desas-desus bahwa Sivia akan dijadikan kapten tim untuk pengganti Zevana. Padahal Sivia kan masih kelas sepuluh. Yang cocok menggantikan itu bukan kelas sepuluh, tapi kelas sebelas.

Sementara Sivia, Febby dan Nabila saling berbisik. "Vi, gue tau deh kenapa kak Pricilla marah-marah. Dia kan benci banget sama lo." Bisik Febby.

"Feb, gue nggak bermaksud nyari musuh. Gue pengen banget berteman sama kak Pricilla. Tapi yah, dianya udah kadung benci sama gue." Balas Sivia.

"Hai!" Kata Shilla terlihat sedikit canggung menatap Sivia.

"Sini, Shill." Kata Nabila.

"Ng.. Kayaknya gue harus balik ke kelas. Ng.. Gue balik dulu ya.."

We Love You SiviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang